Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Hawthorne Effect, Ini Alasan Mengapa Seseorang Cenderung Menjaga Citra Diri Ketika Diawasi

31 Mei 2021   20:38 Diperbarui: 31 Mei 2021   20:54 2137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ketika kamu berubah hanya karena menunggu puji dan tatap dari orang lain, maka hanya puji dan tatap itu yang akan kamu terima, tak ada selebihnya"

-Puja Nor Fajariyah

Kalau kamu yang sudah kuliah atau sedang bersekolah, pernah gak sih kamu berada pada kondisi sekolah atau kampusmu sedang melakukan proses akreditasi atau penilaian oleh lembaga gitu? Biasanya nih ya, kalau terjadi hal ini, sekolah atau kampusmu akan berbenah sedemikian rupa karena hendak dinilai. Yang awalnya sistem tidak baik-baik saja kemudian direkayasa sebaik mungkin bagaimana caranya agar kamu dinilai baik oleh para tim penilai.

Dalam kasus lain misalnya di dunia kerja, biasanya seseorang akan menjadi lebih rajin ketika ada atasannya di tempat kerja yang memperhatikan pekerjaanmu. Sedangkan ketika atasannya tidak ada, eh kembali bermalas-malasan lagi. Aku sering berhadapan dengan kondisi yang seperti ini terhitung sejak aku bersekolah hingga sekarang kuliah. Tentu saja aku penasaran, kok bisa ya manusia seperti itu? 

Well, karena rasa penasaran ini kemudian aku mencari tahu mengenai hal ini dari sudut pandang psikologi. Berdasarkan apa yang pelajari, perilaku seperti ini dikenal dalam dunia psikologi dengan istilah hawthorne effect. Jadi, kalau kamu penasaran mengenai hal ini, aku menyarankan kamu untuk membaca artikel ini hingga selesai agar kamu mendapatkan insight atas apa yang aku bagikan. 

Oke, pertama-tama tentu saja kita harus mengetahui apakah si hawthorne effect ini. Efek ini memiliki nama lain yaitu efek observer.

Maksudnya, efek ini terjadi saat seseorang secara sengaja memodifikasi atau merekayasa perilaku mereka sebab mereka sadar sedang diawasi atau ia berada dalam bawah pengawasan.

Sebenarnya, efek yang satu ini memiliki manfaat tetapi pada beberapa keadaan ia juga bisa merugikan tergantung pada konteksnya. Sekarang aku akan coba mengajak kamu untuk menilik dari konteks sebuah hubungan pekerjaan. 

Kita lihat saja terlebih dahulu dari sisi positif akan hal ini. Ketika minilik dari segi prgamatis, ketika seseorang tengah diawasi kemudian dia menjadi semakin aktif bekerja dengan semangat, maka dapat diambil kesimpulan bahwa secara tidak langsung meningkatkan produktivitas seseorang. 

Meskipun ya bisa dibilang hal ini terjadi bukan karena kebenar-benaran seseorang dilakukan oleh orang tersebut. Barangkali ini yang kemudian menjadi penjelasan mengenai sikap pekerja bangunan misalnya, mereka akan menjadi lebih rajin ketika ada mandor yang bekerja di lokasi proyek bersama dengan mereka. 

Sedangkan dampak buruk dari efek hawthorne ini sendiri tentu saja kalau dilihat dari segi pragmatis juga adalah seseorang ketika ia tidak sadar bahwa ia terjebak dalam efek ini, maka seolah-olah ia akan terbiasa melakukan sesuatu yang sifatnya baik hanya ketika diawasi dan ketika tak ada yang mengawasi ia akan kembali pada kebiasaan yang ada pada dirinya. 

Kedua, efek yang satu ini juga memiliki dampak buruk dalam hal dunia akademik. Kita ambil saja sekarang kasusnya adalah ketika penelitian. Kita ketahui bersama bahwa yang namanya penelitian harus bersifat netral ketika proses penelitian dan pengambilan datanya. Ketika sebuah penelitian menyasar narasumber yang bersinggungan langsung dengan manusia. sebut saja seorang peneliti tengah meneliti mengenai pengungkapan fenomena perilaku tertentu. Tetapi karena kesalahan dalam proses desain eksperimen, si efek hawthorne ini kemudian muncul. 

Ketika si subjek mengetahui bahwa ia tengah diteliti, secara sadar ataupun tidak akan memodifikasi perilakunya sebab ia merasa tengah diawasi oleh si peneliti sendiri. Meskipun, pada awal sebuah penelitian biasanya subjek atau narasumber dikontrak untuk memunculkan perilaku yang sebenar-benarnya, namun pada beberapa kasus secara tidak sadar tadi seorang manusia justru tetap akan melakukan hal-hal yang ia modifikasi sebagai bentuk untuk menjaga citra dirinya sendiri atau mengambil eksistensi atas perilaku dari dirinya yang tengah diteliti tadi. 

Ketika sudah terjadi hal yang seperti ini dalam konteks penelitian, maka data yang dihasilkan juga pasti memunculkan bias. Maksudnya, data penelitian yang muncul tadi atau fenomena yang ia tengah teliti tidak terungkap dengan baik bahkan cenderung tidak maksimal. Ketika sudah terjadi bias ini juga tentu saja data penelitian ini tidak dapat dijadikan acuan oleh penelitian-penelitian setelahnya. 

Sebenarnya hal ini memang suatu hal yang biasa terjadi dan dilakukan oleh banyak dari kita dalam kegiatan sehari-hari. Namun, seseorang yang melakukan hal ini bukan berarti ia memiliki gangguan dalam hal kesehatan mental. Hal ini akan tetap dilakukan oleh seseorang baik secara ia sehat mental maupun tidak. Efek ini juga sebenarnya menimbulkan kebiasaan untuk dilakukan oleh seseorang. Dan tentu saja dengan mengetahui perilaku yang seperti ini, seseorang akan mengetahui, merasa sungkan kemudian akan berusaha untuk mengontrol diri sendiri untuk selalu menjadi diri sendiri dan berperilaku seperti biasa sesuai dengan bagaimana biasanya. 

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh seseorang untuk terhindar dari mengalami efek hawthorne ini diantaranya, 

Pertama, selalu menanamkan pemahaman akan pentingnya menjadi diri sendiri. 

Ketika seseorang terbiasa menjadi dirinya sendiri, maka meskipun ia berada pada bawah pengawasan atau merasa diawasi sekalipun ia tidak akan mengubah cara ia berperilaku. 

Kedua, meyakini bahwa ia perlu mengubah perilaku ketika konteksnya adalah dia memiliki kebiasaan buruk dan harus berorientasi pada dirinya sendiri. 

Ketika seseorang merubah perilaku hanya karena merasa diawasi oleh orang lain, maka seseorang tadi akan kesulitan dalam hal mengetahui kepribadiannya sendiri atau menentukan bagaimana seharusnya ia bersikap atas sesuatu. Jadi, orientasi pengubahan perilakunya karena motivasi ingin dilihat oleh orang lain bukan karena dirinya sendiri.

Itulah tadi sedikit penjelasan atau apa yang aku ketahui dan aku merasa perlu untuk membagikannya denganmu. Aku harap kamu benar-benar dapat memetik insight atas apa yang aku bagikan. Terima kasih sudah mampir dan membaca dan semoga tulisan ini bermanfaat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun