Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Enggan Bermain, Enggan Memelihara Endorfin

14 September 2020   19:36 Diperbarui: 15 September 2020   11:31 1340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak bermain. (Sumber: shutterstock via kompas.com)

sumber: pinterest.com/inchikidana
sumber: pinterest.com/inchikidana
Setelahnya apabila pintu terkunci, maka jendela menjadi pilihan paling pas untuk melarikan diri. Seolah, bermain adalah suatu hal yang sangat penting dan tak bisa ditunda ketika sudah muncul rasa ingin.

Bisa dikatakan, bermain memang sebuah kebutuhan pertama dan utama bagi anak usia dini. Sampai-sampai, cara belajar yang bagus untuk anak usia dini ya sembari bermain. Bermain sambil belajar, belajar melalui bermain. 

Ada banyak sekali alasan mengenai hal ini yang memang bagus untuk anak. Dilihat dari aspek psikologi misalnya, bermain banyak sekali memberikan manfaat kepada anak. Misalnya mengembangkan aspek motorik, kognitif, kemampuan berbahasa, atau yang paling pasti adalah aspek sosial emosional. 

Sebab, meskipun bermain ada tahapan-tahapannya dari mulai bermain secara praktis, simbolik, sampai ke bermain bersama teman atau cooperative play, yang pasti adalah memungkinkan anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya. 

Melalui bermain kemampuan bersosialisasi anak menjadi berkembang, melatih anak untuk dapat mandiri, sebab ya memang ketika bermain bersama teman dan tidak ditunggu atau tidak ditemani oleh orangtua akan membuat anak merasa perlu untuk beradaptasi dengan keadaan, khususnya dalam hal menyelesaikan masalah yang ditemui ketika bermain.

Permasalahan yang muncul disini bukan kemudian permasalahan yang pelik menurut perspektif orang dewasa. Namun, bisa dimulai dari permasalah-permasalahan yang sederhana. 

Contohnya, bagaimana untuk merespon ketika ada teman yang tidak mau mengalah saat bermain bersama, bagaimana mengajak teman untuk bermain bersama atau bahkan hanya bagaimana caranya agar bisa menyapa dengan teman yang bahkan baru dikenal. Bagi orang dewasa, barangkali hal ini dianggap remeh, tapi bagi anak usia dini hal ini tidak. 

Sebab, ada satu hal yang masih melekat ketika seorang anak masih berusia dini. Bisa ditebak sikap apa itu? iyap, anak usia dini masih lekat dengan yang namanya sikap egosentris. Pola pikir mereka masih berorientasi dengan diri mereka sendiri. 

Sikap egosentris yang ada pada anak ini merupakan sebuah hal yang wajar. Tak perlu untuk dihilangkan, hanya perlu untuk dikontrol. Oleh karena itu, bermain dapat menjadi pilihan yang tepat agar anak usia dini mampu untuk mengontrol sikap egosentris yang ada dalam diri mereka.

Kembali ke pembahasan mengenai bermain itu sendiri. Apa sih yang kita rasakan ketika bermain? Tentu yang paling dasar adalah kesenangan. Kita akan merasa senang ketika permainan yang kita mainkan adalah permainan yang memang kita sukai. 

Berbicara mengenai rasa senang, rasa senang sendiri muncul disebabkan oleh reaksi hormon endorfin yang ada di dalam tubuh manusia. Baik itu anak usia dini, remaja, ataupun orang dewasa sama-sama memiliki hormon endorfin. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun