Otak Atas dan Otak Bawah
Selain kiri-kanan, buku ini juga menjelaskan otak atas (prefrontal cortex, pusat logika, perencanaan, kontrol diri) dan otak bawah (emosi dasar, insting bertahan hidup). Anak-anak kecil lebih sering dikendalikan otak bawah. Itu sebabnya mereka sulit menahan diri, gampang meledak, atau bertindak impulsif.
Tugas parenting di sini adalah "melatih otot" otak atas. Caranya? Bukan dengan hukuman yang membuat anak takut, melainkan dengan latihan pengendalian diri. Contohnya, kalau anak marah karena nggak boleh main gadget, ajak dia tarik napas dalam atau alihkan dengan aktivitas lain. Otak atas butuh pengalaman berulang untuk menjadi kuat.
Analogi sederhananya: orang tua bukan sekadar polisi lalu lintas yang meniup peluit ketika anak melanggar aturan, tapi pelatih yang membantu anak mengembangkan keterampilan mengendalikan dirinya sendiri.
Strategi Praktis dari Buku
Keunggulan The Whole-Brain Child adalah memberi strategi praktis yang bisa langsung dicoba di rumah. Beberapa di antaranya:
"Name it to tame it" ketika anak ketakutan atau marah, bantu dia menamai emosinya. "Kamu kelihatan sedih ya karena mainannya rusak?" Dengan memberi nama, otak kiri mulai aktif, emosi jadi lebih terkontrol.
"Engage, don't enrage" saat anak meledak, jangan ikut terbakar. Tetap tenang, jangan pakai bentakan. Kalau kita ikut marah, otak bawah kita juga yang ambil alih.
"Move it or lose it" gerakan fisik bisa membantu mengatur emosi. Ajak anak jalan, lompat, atau menari ketika emosinya buntu.
"Use the remote of the mind" bantu anak mengingat pengalaman dengan imajinasi seolah-olah mereka bisa memutar ulang atau mempercepat adegan. Ini melatih kontrol memori dan emosi.
Strategi-strategi ini sederhana, tapi punya dasar kuat dalam neuroscience.