Mohon tunggu...
Mbah Priyo
Mbah Priyo Mohon Tunggu... Engineer Kerasukan Filsafat

Priyono Mardisukismo - Seorang kakek yang suka menulis, karena menulis bukan sekadar hobi, melainkan vitamin untuk jiwa, olahraga untuk otak, dan terapi kewarasan paling murah.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

36 Negara Tanpa Militer: Apakah Tentara Benar-Benar Penting?

23 Agustus 2025   08:15 Diperbarui: 22 Agustus 2025   15:50 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Militer Indonesia memang salah satu yang terbesar di Asia Tenggara, dengan ratusan ribu personel aktif. Anggaran pertahanan juga terus naik, bahkan masuk tiga besar dalam belanja negara. Tapi jika dibandingkan dengan luas wilayah dan jumlah penduduk, sebenarnya masih terbilang moderat.

Yang jadi masalah sering kali bukan soal besar atau kecil, melainkan soal efektivitas. Banyak alutsista (alat utama sistem senjata) yang sudah tua, belanja yang tidak transparan, dan proyek besar yang rawan korupsi. Sementara itu, kebutuhan dasar rakyat di bidang kesehatan, pendidikan, dan pangan sering kali belum terpenuhi.

Pertanyaan tajamnya: apakah miliaran dolar untuk jet tempur baru lebih urgen dibandingkan memperbaiki gizi anak-anak atau mengurangi angka stunting?

Belajar dari Negara Tanpa Militer

Kita mungkin tidak bisa meniru mentah-mentah Kosta Rika atau Islandia. Namun, ada pelajaran penting: kekuatan sebuah negara tidak selalu ditentukan oleh jumlah tank atau pesawat tempur. Ada faktor lain yang bisa memperkuat kedaulatan: pendidikan yang maju, diplomasi yang aktif, ekonomi yang kokoh, dan masyarakat yang sejahtera.

Militer tetap penting, apalagi untuk negara sebesar Indonesia. Tapi jangan sampai militer menjadi satu-satunya simbol kekuatan. Justru ketika rakyat sehat, pintar, dan makmur, negara otomatis lebih sulit diganggu.

Dalam dunia yang makin kompleks, ancaman bukan hanya invasi militer. Perubahan iklim, pandemi, hingga serangan siber bisa melumpuhkan negara tanpa satu pun peluru ditembakkan. Inilah tantangan baru yang sering kali justru lebih berbahaya daripada perang konvensional.

Menuju Keseimbangan

Mungkin bukan soal punya atau tidak punya militer, tapi bagaimana menyeimbangkan. Indonesia butuh militer yang efektif, modern, dan bersih, tapi juga butuh investasi besar di bidang lain.

Bayangkan jika sebagian anggaran pertahanan bisa dialihkan untuk memperkuat riset teknologi, mengembangkan energi terbarukan, atau memperbaiki transportasi publik. Itu juga bagian dari pertahanan, karena negara yang maju ekonominya otomatis lebih kuat menghadapi ancaman.

Penutup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun