Mohon tunggu...
MIRANDA NASUTION
MIRANDA NASUTION Mohon Tunggu... Konsultan - Saya perempuan yang hobi menari. Saya anak ragil dari pasangan Alm. Aswan Nst dan Almh Tati Said. Saya punya impian menjadi orang sukses. Motto hidup saya adalah hargai hidup agar hidup menghargai Anda.

Tamatan FISIP USU Departemen Ilmu Komunikasi tahun 2007, pengalaman sebagai adm di collection suatu bank, dan agen asuransi PT. Asuransi Cigna, Tbk di Medan. Finalis Bintang TV 2011 oleh Youngth's management. Pimpinan Redaksi Cilik tahun 2002-2003 (Tabloid Laskar Smunsa Medan).

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Putri Rembulan (Novel Klasik Keluarga)

26 Agustus 2018   16:44 Diperbarui: 3 September 2019   17:01 1998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

            "Sekitar 3 bulan." "Nah itu artinya sudah saatnya pendekar pulang." "Dan kau?" "Aku ikut," kata putri Rembulan tanpa pikir panjang. "Apa ayahandamu akan menyetujuinya? " "Harus." "Pertama-tama aku saja yang pulang terlebih dahulu, nanti akan kuajak kedua orang tuaku untuk melamarmu." "Percuma." "Mengapa?" tanya pendekar Andi sangat penasaran. "Karena pangeran pertama belum menikah."

            "Kalau begitu baiklah. Akan kurayu dia agar mau segera menikah," pendekar Andi pun menghampiri kakak pertama yang sedang mendampingi para orang Arab untuk melihat tempat baru mereka untuk berdagang.  "Pangeran Naga Buana. Aku butuh pendapatmu sekarang. Apakah menganggu?" "Ooh tidak, katakan saja pendekar." "Sebenarnya menurut pribadiku aku  sudah cukup dewasa. Semakin aku merasa cukup tua, aku semakin merasa kekurangan." "Kekurangan dalam hal?" balas Naga Buana cepat.  "Hahahaah, aku butuh orang yang bisa selalu menemaniku untuk memberi dukungan kepadaku."

 "Dirimu pendekar Andi, kalau aku boleh memberi penilaian adalah tipe orang yang menyukai kebebasan. Sulit ada orang seperti pendekar, apalagi dia seorang wanita," pangeran sulung mulai memberi pendapat.   "Justru itu, aku ingin ada yang mengekang kebebasanku ini, tetapi wanita yang sabar , yang tidak akan membuatku mati, karena aturan yang sangat ketat, sehingga aku tidak bisa keluar sama sekali."  

            Keduanya tertawa. "Tentu saja. Tentu saja, pendekar," pangeran Naga Buana menambahi lagi.  "Bagaimana kalau aku sarankan adikku saja yang menjadi permaisuri hatimu. Apakah dia cukup sabar? Namun, aku ingin bertanya mengenai sesuatu, Andi adalah suatu gelar di tanah Makassar?"  Pendekar Andi hanya tersenyum malu, "Gelar? Aku tidak peduli dengan gelar. Namun, aku tidak tahu mungkin saja akan ada gelar Andi di depan nama para bangsawan. Oh ya apakah  itu artinya pangeran Naga Buana sudah setuju? Mengenai putri Rembulan" "Tentu kalau tidak untuk apa aku menyarankan."  "Apa kakanda pertama bisa membantuku untuk  meyakinkan kedua orang tua kalian."  Pangeran terdiam sebentar sambil berpikir. "Untuk pendekar Andi apa yang tidak bisa?" sambil melihat-lihat sekeliling. Tempat berdagangnya memang strategis sehingga membuat para orang Arab begitu serius, dan mungkin tidak mendengar pembicaraan antara pendekar dan pangeran.

            "Pedagang di sana mirip sekali dengan tingkah laku anda pendekar. Ketika pertama sekali berjumpa dan adikku langsung jatuh hati padamu. Bagaimana kalau kita menghampiri saja?"

            "Awas, ada merpati," kata Andi Husein.

            "Itu kan Labosi. Pasti ada pesan penting," kata pendekar Andi seketika.

            "Nama merpati itu Labosi?" serentak para orang Arab dan pangeran Naga Buana, sedangkan pangeran yang lain sedang menemani putri Rembulan.

            "Iya pasti itu dari keluargaku," sambung Andi lagi.  

            "Tampaknya dia membawa surat penting."

            Malam harinya pendekar Andi mendatangi putri Rembulan untuk menyatakan sesuatu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun