Mohon tunggu...
Priliansyah Maruf Nur
Priliansyah Maruf Nur Mohon Tunggu... Guru

guru Pendidikan Agama yang sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Integrasi Prinsip Pembelajaran Mendalam dengan Konsep Tasawuf Imam Ghazali

15 Agustus 2025   23:59 Diperbarui: 12 Agustus 2025   14:41 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam praktiknya, tahalli di kelas dapat diimplementasikan melalui pembelajaran berbasis proyek dan refleksi diri, di mana murid tidak hanya mengerjakan tugas akademik, tetapi juga memahami relevansi moral, sosial, dan spiritual dari ilmu yang dipelajari.

3. Tajalli: Kegembiraan Hakiki dalam Pencerahan Ilmu

Tahap puncak perjalanan spiritual adalah tajalli, yakni tersingkapnya cahaya kebenaran di hati yang melahirkan kegembiraan hakiki. Imam Al-Ghazali menggambarkan tajalli sebagai “cahaya yang menyingkap hakikat sesuatu sehingga hati merasakan kelezatan mengenal Allah.”

Dalam konteks pembelajaran mendalam, tajalli selaras dengan joyful learning. Kegembiraan yang lahir bukan dari hiburan atau permainan semata, melainkan rasa puas batin saat ilmu yang dipelajari menemukan maknanya atau dikenal dengan ”AHA moment”.

Al-Qur’an menegaskan bahwa kebahagiaan sejati adalah hasil dari pencerahan hati dan kedekatan dengan Allah:

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”

(QS. Ar-Ra’d: 28)

Ketika ilmu dipelajari dengan kesadaran, dihayati dengan makna, dan melahirkan ketenteraman jiwa, proses pembelajaran menjadi perjalanan pencerahan yang menyenangkan sekaligus membahagiakan.

Dengan mengintegrasikan prinsip tasawuf ke dalam pendidikan modern, kita dapat membangun pembelajaran yang:

  1. Berkesadaran (mindful), murid hadir dengan hati yang bersih dan siap menerima ilmu (takhalli).
  2. Bermakna (meaningful), karena ilmu yang didapat dapat menghiasi jiwa dan menuntun perilaku (tahalli).
  3. Menggembirakan (joyful), karena lahirnya kegembiraan hakiki dari pencerahan hati (tajalli).

Guru yang menerapkan pendekatan ini tidak sekadar menjadi pengajar (mu’allim), tetapi juga pembimbing jiwa (murabbi). Selanjutnya ketika guru mampu menghadirkan pembelajaran dengan menelusuri jalan ini, kelas tidak lagi sekadar tempat transfer ilmu, tetapi menjadi majlis pencerahan jiwa yang menumbuhkan generasi berilmu sekaligus berakhlak. Ilmu pengetahuan tidak hanya ditransfer dari guru ke murid, tetapi juga ditanamkan sebagai nilai kehidupan yang membahagiakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun