Al-Qur’an memberi isyarat pentingnya pengosongan hati dalam firman Allah:
قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا • وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا
“Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.”
(QS. Asy-Syams: 9-10)
Dalam konteks pendidikan, takhalli dapat diwujudkan dengan menciptakan suasana belajar yang tenang, bebas dari distraksi, dan menumbuhkan kesadaran batin murid. Peserta didik dilatih untuk hadir sepenuhnya (fully present), menyingkirkan kebisingan pikiran agar siap menerima ilmu dengan hati yang lapang.
2. Tahalli: Memaknai Ilmu dan Menghias Jiwa dengan Nilai
Tahap kedua dalam perjalanan spiritual menurut Imam Al-Ghazali adalah tahalli, yakni menghiasi jiwa dengan sifat-sifat terpuji seperti ikhlas, sabar, tawakal, dan cinta ilmu. Dalam konteks pembelajaran mendalam, fase ini selaras dengan meaningful learning. Peserta didik bukan hanya memahami konsep secara kognitif, tetapi menginternalisasi nilai dan makna yang terkandung di dalamnya.
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّمَا الْعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ
“Sesungguhnya ilmu itu (diperoleh) dengan belajar.”
(HR. Bukhari)
Hadis ini tidak sekadar menekankan usaha belajar, tetapi juga mengandung pesan bahwa ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang menempel di hati dan menghiasi perilaku. Teori deep learning dalam pendidikan menyebutkan bahwa pengalaman belajar yang bermakna menuntut keterhubungan antara pengetahuan baru dan pengalaman hidup, sehingga melahirkan transformasi diri.