Mohon tunggu...
Pandji Kiansantang
Pandji Kiansantang Mohon Tunggu... Penulis - "Bahagia Membahagiakan Sesama"

Menulis itu Membahagiakan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Satu Agustus

1 Agustus 2021   01:58 Diperbarui: 1 Agustus 2021   02:15 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

...

 Agustus adalah Bulan kemerdekaan negara ini. Tanggal satunya adalah awal perayaan Hari Merdeka pada 76 tahun yang lalu. Mulai hari itu berkibarlah bendera Dwiwarna di seantero negeri. Gapura, baliho dan spanduk Merah Putih menyemarakkan pemandangan di desa dan di kota. Semua insan negeri antusias bersiap menyambut Tujuh Belas Agustus. 

Ketika saatnya tiba, Upacara kenegaraan diadakan secara khidmat di Istana. Rakyatpun ikut berpesta dalam kendurian nasional berupa aneka lomba tujuhbelasan dan acara keakraban warga. Pawai karnaval digelar oleh berbagai kalangan, dari anak-anak sekolah sampai legiun veteran. 

Kini semua itu tinggal kenangan... Sejak pandemi melanda tahun lalu, tidak ada gegap gempita tujuhbelasan. Pesta rakyat ini identik dengan kerumunan, sesuatu yang dihindari saat ini. Momen 75 Tahun Indonesia Merdeka pada tahun lalupun berlalu tanpa kesan. Hanya ada serangkaian acara virtual. Semua hanya ada di dunia maya, bukan di dunia nyata. 

Satu Agustus, pembuka Bulan Kemerdekaan pada tahun ini. Nyaris tak ada lagi antuasisme kegembiraan. Yang ada hanya keprihatinan. Terhadap pandemi yang memburuk, ekonomi yang makin terpuruk dan  gejolak sosial yang makin mengkhawatirkan. 

Tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Satu Agustus tahun ini jatuh pada hari Ahad, Satu dalam Bahasa Arab. Maknanya, kita mulai dari satu untuk menghitung hari sampai 17 Agustus. Menghitung hari demi hari yang berat dalam menghadapi situasi sekarang dengan kesabaran dan ketegaran. Mengisi hari dengan menambah kebaikan dan membantu sesama. 

Dan yang terpenting, Satu berarti Esa, yaitu Zat Tuhan yang Maha Kuasa. Saatnya kita meng-Esakan Tuhan melalui Tindakan, bukan lagi dengan Ucapan. Pandemi telah menghancurkan kesombongan manusia dan membuktikan ketidakberdayaan kita. Sesungguhnya hanya kepada Tuhan-lah, kita berserah diri dan mohon pertolongan. 

76 tahun lalu Tuhan Yang Maha Esa menganugerahkan kita kemerdekaan negara. Hanya Tuhan jualah yang dapat memerdekakan kita dari pandemi global sekarang ini. 

*Pantai Kuta - Bali, Pandji Kiansantang, Ahad 1 Agustus 2021 

puisi #satuagustus #agustus #76tahunindonesiamerdeka #bali #merahputih #pandemi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun