Mohon tunggu...
P Joko Purwanto
P Joko Purwanto Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Becoming added value for individual and institute, deeply having awareness of personal branding, being healthy in learning and growth, internal, external perspective in order to reach my vision in life, and increasingly becoming enthusiastic (passion), empathy, creative, innovative, and highly-motivated.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tantangan Dan Peluang Pendidikan Inklusif Dalam Perspektif SDGs

8 September 2023   00:01 Diperbarui: 25 Maret 2024   00:03 994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(https://pterraza.weebly.com/)

Selain itu, pendidikan inklusif juga mengurangi ketidaksetaraan dalam akses pendidikan. Kelompok marginal, seperti mereka dengan disabilitas atau latar belakang ekonomi yang lemah, seringkali menghadapi kesulitan dalam mengakses pendidikan berkualitas. Pendidikan inklusif mengatasi hambatan ini dan memastikan bahwa peluang pendidikan setara tersedia bagi semua individu.

Melalui pendidikan inklusif, individu dari kelompok marginal dapat mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk mencari pekerjaan layak, berpartisipasi dalam ekonomi, dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Hal ini mendukung pencapaian SDG 8 yang berupaya untuk menciptakan pekerjaan yang layak dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, di mana semua individu memiliki peluang yang setara untuk terlibat dalam ekonomi yang berkembang.

Peran Penting Komunitas Lokal dalam Mendukung Pendidikan Inklusif Sesuai dengan Semangat SDG 11 (Kota dan Permukiman Berkelanjutan)

Komunitas lokal memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung pendidikan inklusif, dan peran ini sejalan dengan semangat SDG 11 yang menekankan pentingnya kota dan permukiman yang berkelanjutan. Komunitas lokal adalah lingkungan di mana pendidikan terjadi, dan keterlibatan aktif mereka mendukung pencapaian tujuan pendidikan inklusif.

Dr. Linda Darling-Hammond, seorang pendidik dan peneliti terkenal, telah menyoroti peran penting komunitas lokal dalam pendidikan inklusif. Ia menyatakan, "Local communities are at the heart of inclusive education. They can create an environment that supports learning for all children, by involving parents, teachers and local stakeholders." 

Komunitas lokal memiliki kemampuan untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung bagi semua siswa, termasuk mereka dengan kebutuhan khusus. Ini mencakup penyediaan akses fisik ke sekolah, seperti bangunan yang ramah disabilitas, serta memastikan bahwa lingkungan sekolah adalah tempat yang aman dan mendukung bagi semua siswa.

Selain itu, komunitas lokal dapat berperan dalam mempromosikan kesadaran dan pemahaman tentang pendidikan inklusif di antara orang tua, guru, dan masyarakat secara umum. Mereka dapat mengorganisir pelatihan, seminar, dan forum diskusi untuk membahas isu-isu pendidikan inklusif dan bagaimana semua orang dapat berkontribusi dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif.


Dalam konteks SDG 11, yang menekankan kota dan permukiman berkelanjutan, peran komunitas lokal dalam mendukung pendidikan inklusif mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan. Kota dan permukiman yang inklusif harus mencakup akses yang merata ke pendidikan berkualitas bagi semua warganya, tanpa memandang latar belakang sosial atau kebutuhan khusus. Dengan demikian, upaya komunitas lokal dalam mendukung pendidikan inklusif berkontribusi pada pencapaian SDG 11 yang berupaya untuk menciptakan kota dan permukiman yang inklusif, aman, dan berkelanjutan.

Kesimpulan dan Penutup

Dalam tinjauan yang mendalam terhadap pendidikan inklusif dalam konteks Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), para ahli telah memberikan wawasan berharga tentang peran dan dampaknya terhadap berbagai aspek pembangunan global. Di sini kita bisa mencermati pandangan mereka untuk merangkum tantangan dan peluang yang dihadapi dalam perjalanan menuju pendidikan inklusif yang lebih baik.

Dalam kata-kata Nelson Mandela, seorang ikon perjuangan hak asasi manusia, "Education is the most powerful weapon we can use to change the world." Pengakuan ini menggarisbawahi bahwa pendidikan merupakan kunci menuju perubahan positif dalam masyarakat kita. Namun, tantangan ketidaksetaraan akses terhadap pendidikan masih menjadi penghambat utama untuk mencapai SDG 4 yang mengadvokasi pendidikan berkualitas untuk semua.

Kurangnya fasilitas fisik yang ramah disabilitas, seperti yang disoroti oleh Judith Heumann, seorang aktivis disabilitas yang terkenal, tidak hanya membatasi akses pendidikan bagi mereka dengan kebutuhan khusus, tetapi juga bertentangan dengan semangat SDG 4 yang menekankan inklusi pendidikan. 

Amartya Sen, seorang ekonom yang dianugerahi Hadiah Nobel, menyoroti bagaimana tantangan ekonomi dapat mempengaruhi partisipasi anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah dalam pendidikan. Ini bertentangan dengan SDG 1 yang berupaya untuk mengakhiri kemiskinan dalam semua bentuknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun