Mohon tunggu...
P Joko Purwanto
P Joko Purwanto Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Becoming added value for individual and institute, deeply having awareness of personal branding, being healthy in learning and growth, internal, external perspective in order to reach my vision in life, and increasingly becoming enthusiastic (passion), empathy, creative, innovative, and highly-motivated.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tantangan Dan Peluang Pendidikan Inklusif Dalam Perspektif SDGs

8 September 2023   00:01 Diperbarui: 25 Maret 2024   00:03 994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(https://pterraza.weebly.com/)

Dr. Paulo Freire, seorang pendidik dan filsuf asal Brasil, menjelaskan pentingnya pendekatan kurikulum yang inklusif dalam membentuk masyarakat yang lebih beragam dan toleran. Ia menyatakan, "An inclusive curriculum is not just about learning, but also about forming a more inclusive and empathetic worldview." 

Pendekatan kurikulum inklusif menciptakan kesempatan bagi semua individu, termasuk mereka yang mungkin dianggap minoritas atau berbeda, untuk terlibat dalam proses pendidikan yang merangsang pemahaman yang lebih baik tentang keberagaman budaya, agama, etnis, dan latar belakang lainnya. Ini memungkinkan para siswa untuk memahami perspektif orang lain dan menghargai perbedaan sebagai aset yang memperkaya masyarakat.

Pendekatan ini juga membantu dalam memerangi prasangka dan diskriminasi. Dengan memasukkan materi yang mempromosikan kesetaraan, hak asasi manusia, dan penghargaan terhadap keberagaman dalam kurikulum, pendidikan dapat menjadi sarana untuk mengubah sikap dan perilaku individu dalam masyarakat. Ini sejalan dengan upaya mencapai SDG 16 yang berfokus pada menciptakan lingkungan yang lebih adil dan harmonis.

Dalam jangka panjang, pendekatan kurikulum inklusif tidak hanya mendukung pencapaian SDG 16, tetapi juga membantu membangun masyarakat yang lebih inklusif, beragam, dan toleran. Dengan mengajarkan nilai-nilai kesetaraan, penghargaan terhadap perbedaan, dan pemahaman yang lebih baik tentang keberagaman, kurikulum inklusif berkontribusi pada transformasi positif dalam budaya masyarakat, yang dapat bertahan dalam waktu dan mendukung perdamaian dan keadilan yang berkelanjutan.

Pemanfaatan Teknologi untuk Memfasilitasi Akses Pendidikan yang Lebih Luas dan Dukungan Terhadap SDG 9 (Inovasi dan Infrastruktur)

Pemanfaatan teknologi dalam pendidikan telah membuka pintu menuju akses pendidikan yang lebih luas, terutama di era digital saat ini. Teknologi memungkinkan pembelajaran jarak jauh, akses ke sumber daya pendidikan secara online, dan peningkatan efisiensi dalam pengiriman materi pendidikan. Ini sejalan dengan semangat SDG 9, yaitu Inovasi dan Infrastruktur, yang menekankan pentingnya infrastruktur teknologi yang kuat untuk pembangunan berkelanjutan.

Dr. Sugata Mitra, seorang ilmuwan pendidikan yang terkenal dengan eksperimen "Hole in the Wall," menyoroti peran penting teknologi dalam pendidikan. Ia menyatakan, "Technology is a tool to achieve universal access to knowledge. It is the key to tackling inequality in education." 


Pemanfaatan teknologi memungkinkan akses pendidikan yang lebih merata di berbagai wilayah, termasuk daerah terpencil yang sulit dijangkau oleh infrastruktur konvensional. Dengan bantuan teknologi, siswa dapat mengakses materi pendidikan, kursus online, dan sumber daya belajar tanpa harus berada di lokasi fisik tertentu. Ini mengurangi hambatan geografis dalam pendidikan dan mendukung SDG 9 yang berupaya untuk meningkatkan infrastruktur teknologi.

Selain itu, teknologi juga memungkinkan personalisasi dalam pembelajaran. Sistem pembelajaran berbasis teknologi dapat menyesuaikan konten dengan tingkat pemahaman dan kecepatan belajar masing-masing siswa, menciptakan pengalaman belajar yang lebih efektif. Ini sejalan dengan semangat inovasi dalam pendidikan yang ditekankan oleh SDG 9.

Namun, penting untuk dicatat bahwa pemanfaatan teknologi dalam pendidikan juga dapat memperkuat ketidaksetaraan jika tidak ada akses yang merata ke perangkat dan konektivitas internet. Oleh karena itu, upaya harus dilakukan untuk memastikan bahwa teknologi pendidikan dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat, tanpa memandang latar belakang ekonomi atau geografis, untuk mendukung pencapaian SDG 9 yang berfokus pada inovasi dan infrastruktur yang inklusif.

Peran Pendidikan Inklusif dalam Membentuk Pola Pikir yang Mendukung Tindakan Iklim Sesuai dengan SDG 13 (Tindakan Iklim)

Pendidikan inklusif memainkan peran penting dalam membentuk pola pikir yang mendukung tindakan iklim, sesuai dengan semangat SDG 13 yang menekankan pentingnya mengatasi perubahan iklim. Pendidikan yang inklusif memberikan kesempatan bagi semua individu, termasuk mereka dengan disabilitas, untuk memahami tantangan lingkungan dan berkontribusi dalam upaya melindungi planet kita.

Dr. Jane Goodall, seorang primatolog terkemuka dan pejuang lingkungan, telah menyoroti hubungan antara pendidikan inklusif dan kepedulian lingkungan. Ia menyatakan, "Inclusive education is the key to changing people's mindsets. When all individuals can engage in learning about the importance of the environment, we create a deep awareness of the actions needed to protect our planet."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun