Mohon tunggu...
Piccolo
Piccolo Mohon Tunggu... Hoteliers - Orang biasa

Cuma seorang ibu biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lubang Ukuran 2.5 x 1.5 Meter yang Kusiapkan Disampingmu

10 Oktober 2020   23:18 Diperbarui: 10 Oktober 2020   23:33 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

"Tia mengidap Philophobia." Vera menjelaskan.

"Maksud Kakak?" Ana mulai serius menanyakan kondisi Tia.

Vera memang seorang Psikolog. Mudah saja untuk Vera untuk bisa melakukan konseling dengan Tia tanpa harus duduk sebagai therapis dan pasien. Vera pernah mengundang Tia untuk datang ke tempat prakteknya. Tapi Tia menolak. Mereka memang dekat, tapi untuk luka batin masa kecilnya, Tia tak pernah mejelaskan pada siapa pun. Kecuali Ana dan orang tuanya yang juga sudah dipanggil Papa dan Mama oleh Tia.

"Philophobia; serangan yang muncul karena rasa takut dicintai atau mencintai. Ya, ini termasuk gangguan mental. Di kondisi serius, bisa memicu bunuh diri. Gejalanya ,ya seperti yang kita lihat waktu di Telomoyo tempo hari." Jelas Vera.

"Beberapa kali Tia memang pernah coba bunuh diri, Kak. Seminggu pertama kehilangan Tante Meta, Tia kacau. Mama sempat bawa Tia ke psikolog anak." Ana menambahkan cerita-cerita masa kecil Tia. Mungkin bisa membantu Vera untuk mempertimbangkan tindakan apa yang harus diambil.

"Inner child-nya Tia memang terluka parah. Ini yang harus kita sembuhin. Apa yang sudah dilewati Tia di masa kecilnya memang nggak bisa dibilang mudah. Dia hebat bisa bertahan sampai sekarang, walau pun akhirnya harus mengidap philophobia."

"Terus aku bisa bantu apa supaya Tia kembali pulih, Kak?"

"Aku mau ketemu Yuda. Yuda orang pertama yang harus dijauhi dari Tia supaya Tia nggak terpancing. Setidaknya sampai aku ijinkan Yuda untuk menemui Tia, karena pada akhirnya nanti, mereka memang harus bertemu. Tapi kau juga mesti tau, waktunya nggak singkat. Tia nggak ngelanjutin niatnya untuk bunuh diri aja udah bagus. Sedikit aja Tia sadar kalo dia lagi di therapy, Kakak takut itu justru bikin dia ngerasa tertekan dan mendatangkan kembali niat itu."

"Seserius itukah, Kak?" Air mata Ana turun deras tanpa terkendali.

"Tia pasti sembuh. Dia butuh kita." Vera menggenggam tangan Ana. Berharap ada energy positif yang bisa dia salurkan untuk Ana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun