"Jangan dong. Masa tamu disuruh buat minum sendiri," kejar Rara.
Dengan cekatan dia mengambil panci stainless, mengisinya dengan air dari dispenser dan menjerangnya di atas kompor. Saat ingin berbalik untuk mengambil gelas, tanpa sengaja dia menabrak Adam yang ada di belakangnya sejak tadi.
"Ups! Sorry," ucapnya. Adam tidak menyahut, tapi dia menahan tangan Rara dengan lembut. Keduanya pun terpaku di tempat masing-masing. Adam menyentuh dagu Rara hati-hati. Rara sedikit mendongak untuk membalas tatapan Adam.
"Kamu cantik sekali, Ra. Tanpa polesan make-up sekalipun."
Lalu entah siapa yang memulai, bibir keduanya semakin lama semakit dekat dan menyatu sempurna. Rara menutup matanya. Tangannya melingkar mesra di pinggang Adam. Dia benar-benar menikmati ciuman itu.
Persetan dengan jual mahal, batinnya.
Detak jantung keduanya pun semakin lama semakin kencang. Sampai pada puncaknya mereka melepaskan tautan bibir mereka dengan napas tersengal-sengal.
Tapi sepertinya merek tidak berhenti di situ.
Ctek! Rara mematikan nyala kompor.
"Masih mau kopi?" tanyanya lirih.
Adam menggeleng.