Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Masih Sebatas Makan Nikmat Belum Makan Sehat

17 Maret 2024   21:46 Diperbarui: 18 Maret 2024   02:04 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sahur Nikmat VS Sahur Sehat (Hamim Thohari Majdi)

Makan Sehat belum menjadi tren, artinya kebiasaan makan sehat belum menjadi gaya hidup utamanya anak muda lebih tergiur dengan suguhan iklan dibanding masakan dari bunda terkasih. 

Begitu halnya di bulan Ramadhan, masih fokus kepada kepuasan mulut daripada memenuhi kebutuhan perut. Makan yang tanpa perasa dan pedesnya belum tingkat dewa tidak mendapat jempul. mulut masih menjadi patokan kenikmatan santap makanan dan teguk minuman.

Ramadhan sebagai bulan rekreasi dan relaksasi badan, adalah saat tepat untuk memenuhi hak-hak badan agar bekerja sebagaimana kodratnya, agama membri garis tegas tentang pola makan "makan minumlah, tapi jangan melampau batas", hal ini memberi dua pengertian melampai batas kebutuhan (takaran atau kuantitasnya) dan batas rasanya -terlalu pedas, terlalu pahit, terlalu pedas dan sejenisnya- harusnya makan sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah "setelah terasa perut lapar dan berhenti sebelum kenyang"

Karenanya ketika berbuka puasa disegerakan akan perut tidak berdendang, dan sahur di akhir waktu agar persediaan makanan dalam perut bisa untuk bertahan hingga waktu buka. Dalam bidang kesehatan agar bisa bertahan dan tetap sehar bersemangat ketika puasa, maka lebih baik atau sebaiknya sahur dengan makan yang berserat, namun sudahkah ini sebagai kesadaran dan kebutuhan ?, tampaknya belum, masih mengutamakan kenikmatan dari pada kesehatan.

Untuk itu perlu adanya usaha provokatif dan upaya edukasi kembali kepada pelajaran saat di bangku Sekolah Dasar ada istilah yang cukup populer dan selalu dihapal, bahwa makan itu harus memenuhi unsur sehat dan sempurna dengan rumus empat sehat lima sempurna, makan ada nasi, lauk pauk, sayur mayur, buah dan susu.

Bidang kesehatan sebagai pihak yang mempunyai otoritas, perlu mengkampanyekan makanan sehat, tidak sekadar nikmat, dengan demikian perilaku hidup sehat menjadi kebutuhan karena dukungan lingkungan, penjual menyuguhkan makan yang sehat sementara pembeli membutuhkan makanan yang sehat, klop.

Agar tetap sehat dan bersemangat, memang lebih baik makan yang mengandung serta, namun sayangnya anak muda sekarang tidak tahu makanan apa yang seratnya tinggi. Meraka lebih tahu makanan yang sedang viral dan diburu banyak pembeli. 

Masih Sebatas Makan Nikmat Belum Makan Sehat

Oleh : Hamim Thohari Majdi

Lumajang,  17 Maret 2024

Hamim Thohari Majdi @Surplus

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun