Di dalam ember kaleng cat aku melihat sisi lain dunia yang dibentuk dari kenangan dan irama rembesan air hujan yang jatuh dari atap. Semakin keras nyanyian hujan di luar sana, semakin lekas ember-ember itu terisi. Lalu setelah penuh, ayah akan membuang air dari dalam ember ke luar rumah.
Tidak perlu khawatir satu ember kenangan dibuang, karena biasanya butuh lebih dari satu ember di dalam rumah untuk menampung tetesan air hujan. Jika satu ember telah kosong, masih ada ember lain yang menunggu penuh. Demikian seterusnya, sampai nyanyian hujan berhenti.
Sampai pada suatu hari, ayah bersama beberapa orang bekerja mengganti atap seng yang penuh karat dan bocor dengan seng-seng yang baru. Sementara itu ibu membuat makanan dan aneka gorengan. Wangi kopi hitam terus tercium sepanjang hari itu.
Pada akhir hari, semua terlihat lelah tapi bahagia, karena bagi mereka satu masalah kehidupan selesai. Tapi bagi diri masa kecilku tidak. Tidak akan ada lagi irama hujan yang menitik ke dalam ember kaleng cat.
Untung saja kenangannya masih selalu tinggal, tidak peduli seberapa sering aku membuang air hujan yang telah memenuhi ember-ember kaleng cat itu kini.
---
kota daeng, 7 desember 2021