"Iblis sedang menyerang jantung Gereja Katolik, melalui perilaku para Imam-Nya yang korup dan diliputi nafsu seksual!"
Siapa tidak bangga memiliki imam dengan jubah yang menawan? Tetapi, di balik jubah itu, masih adakah hidup suci, sederhana, rendah hati, takut akan Tuhan dan setia melayani? Kekinian, sulit menemukan imam Katolik yang meneladan Yesus, yang adalah Putera Allah, tetapi rela mengosongkan diri demi menebus umat manusia (Filipi 2:1-11).
Desus-desus dan rumor imam Katolik memiliki anak seperti lumrah. Imam Katolik yang dengan jubahnya memimpin Misa, tetapi sesudahnya pergi ke bar. Tidak jarang pula, imam biarawan yang mengucapkan kaul kemiskinan, kemurnian dan ketaatan menjalin hubungan intim dengan umatnya, baik yang sudah berkeluarga maupun yang masih lajang. Ironis, Uskup atau Pimpinan Ordo tidak memproses imam-imam bermasalah itu.
Minggu lalu, bertepatan dengan perayaan kelahiran Santa Perawan Maria, 8 September, seorang imam, mengirim pesan WA ke saya, "Kaka, pelaku kejahatan seksual itu, hari ini berangkat ke kota M, untuk pembinaan!" Si imam itu, melakukan kejahatan seksual dengan calon istri umatnya. Akibat perbuatan itu, umatnya yang hendak melakukan pernikahan itu akhirnya memilih pisah. Sedangkan si imam tetap tinggal di biara. Ia dilindungi oleh pimpinan Ordonya!
Narasi-narasi kejahatan seksual oleh para imam Katolik bukan lagi rahasia. Ia telah menjadi konsumsi publik. Umat tahu dan melaporkan ke Uskup, tapi Uskup selalu melindungi para imam penjahat kelamin itu. Kepada siapa lagi para korban kejahatan seksual imam Katolik mengadukan kasusnya?
Paus Fransiskus telah menerbitkan protokol pencegahan kekerasan seksual melalui dokumen, "Vos estis lux mundi,"Â pada 7 Mei 2019. Tetapi, sampai tahun 2025, berapa Keuskupan dan Ordo di Indonesia yang telah menerapkannya? Â Para Uskup dan pimpinan Ordo masih menutupi kejahatan seksual oleh para imam di keuskupan dan anggota Ordo yang terlibat skandal seksual.
Kepalsuan di altar Tuhan, yang merupakan gambaran nyata perilaku bejat imam Katolik seyogianya tidak boleh ditutupi atau dibiarkan. Kejahatan luar biasa ini harus dibongkar. Gereja Katolik, secara khusus altar Tuhan mesti dibersihkan dari para imam penjahat kelamin! Karena, altar Tuhan bukan tempat panggung sandiwara kaum berjubah. Ia terlalu sakral, tempat rahmat Tuhan turun menyapa umat!
Para imam Katolik yang melakukan kejahatan seksual, apa pun alasannya, tidak boleh dibiarkan berada di altar Tuhan. Ketika para imam penjahat kelamin tetap berkeliaran di altar Tuhan, mereka menjadi batu sandungan dan para korban berjatuhan tanpa henti. Karena itu, perlu ada keberanian dari umat untuk menyatakan sikap secara terbuka menentang sikap para Uskup yang melindungi para imam penjahat kelamin.
Apa penyebab kejahatan seksual para imam terus terjadi? Faktor internal, dari dalam diri para imam sendiri, yang tidak lagi menghayati panggilan dan perutusan mereka sebagai pelayan umat. Imam demikian, tidak berdoa, atau berdoa hanya sekedar kewajiban, bukan lahir dari pengalaman intim bersama Tuhan. Selain itu, Uskup atau pimpinan Ordo melindungi para imam penjahat kelamin itu.
Faktor eksternal, korban dan umat tidak berani melaporkan kasus-kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh para imam. Atas nama menjaga nama baik Gereja Katolik, kaum awam diam. Kalaupun ada awam yang berani bersuara, Uskup dan pimpinan Ordo tidak memperosesnya. Korban seperti sudah jatuh tertimpa tangga. Ketika korban bersuara bukannya mendapatkan simpati, melainkan stigma negatif yang diterima. Karena itu, banyak korban memilih diam dan menanggung sendiri penderitaan akibat kelakuan para imam bejat itu.
Apakah altar Tuhan akan tetap berada dalam genggaman para imam penjahat kelamin? Kita percaya, bahwa iblis tidak berkuasa sedikit pun atas ruang sakral Tuhan. Maka, semua umat beriman harus berani mengambil sikap menentang dan melaporkan setiap kejahatan seksual yang dilakukan oleh para imam Katolik! Jangan biarkan altar Tuhan kotor dan busuk oleh imam penjahat kelamin!
[Merauke, 18 September 2025; 09.30 WIT]
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI