Harmoni terempas ke dasar selat Mariana
Selaras alam sekedar kenangan kebijakan leluhur tempo dulu
Ingat diri sedang merenggut jiwa yang perkasa
Kebijaksanaan hanyalah pemanis di bibir
Hutan alam lenyap seketika di tangan pemangsa
Demi lembar dolar mengorbankan harmoni warisan leluhur
Di panggung bicara restu alam semesta dan leluhur
Tetapi, menjualnya demi diri sendiri
Dari kampung belantara ke ibu kota metropolitan
Pergi dengan harapan menggenggam masa depan cerah
Pulang memberi hidup pada yang paling rapuh
Kenyataannya membawa petaka lantaran menjual negerinya
Jiwa polos berontak menolak
Prajurit berdiri dengan bedil di setiap sudut dusun
Anak negeri pengkhianat alam dan leluhur
Duduk manis di tengah gemerlap kota
Pewaris negeri berkeliaran di atas hamparan sungai dan rawa tanpa pepohonan
Tubuh kurus tak lagi menggugah sukma penguasa
Karena uang membutakan mata hati
Dan, jiwa telah beku oleh kekuasaan yang fana
Gereja Katolik Santo Petrus Wogikel, 25 Juli 2025; 04.30 WIT
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI