Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Hadapan Kematian

17 Juli 2021   05:41 Diperbarui: 17 Juli 2021   05:41 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari-hari ini, kita mengalami kehilangan orang-orang yang kita cintai.

Mereka pergi dalam kesendirian.

Tak ada kata perpisahan.

Tak ada peluk erat.

Tak ada jabat tangan. 

Kisah perjalanan bersama berpuluh-puluh tahun, melintasi badai dan gelombang, mengalami dukacita dan sukacita bersama, berakhir dalam kesendirian.

 

Dada kita terasa sesak.

Di kejauhan, kita hanya melihat jasad kaku dalam peti.

Digotong "astronot" menuju liang lahat.

Di sana, kita pun berdiri dalam jarak puluhan meter.

Dari kejauhan, kita memandang mereka yang kita cintai menyatu dengan ibu bumi.

Tak ada kata perpisahan!

Semua membisu!

Kita mendekat, tatkala nisan tertancap pada gundukan tanah kering itu!

Hati tertikam pedang!

Air mata mengalir tiada henti.

Di pusara bisu itu,

kita hanya bisa bilang,

"terima kasih!"

Terima kasih untuk pelukan hangat tatkala hawa dingin menyelimuti tubuh rapuh ini.

Terima kasih atas perjalanan kita bersama melintasi rimba dan kabut dunia ini.

Terima kasih telah menjadi lilin bercahaya tatkala kegelapan datang menyelimuti hidup ini.

Terima kasih telah menyediakan bahu tatkala tubuh terasa letih.

Untuk segalanya, terima kasih!

Kita melangkahkan kaki kembali ke rumah.

Hampa!

Kosong!

Tegur sapa yang khas telah hilang.

Makanan kesukaannya tak lagi ada di atas meja.

Senyum dan tawanya telah dibawanya pergi bersama pagi dan petang yang datang silih berganti.

Suara menggelegar tatkala marah pun telah hilang!

Kini, hanya tinggal kesunyian!

Hari-hari yang sepi terus berganti.

Sejuta tanya terngiang dalam relung jiwa,

"Apa sesungguhnya makna & tujuan hidup ini?"

Kita terlahir ke dunia

Kita berjumpa dengan belahan jiwa

Lalu, kita berpisah dalam kesendirian?

Kini dan di sini, kita sedang sendiri

Di kota-kota sampai ke pelosok-pelosok bumi ini,

Kita menunggu saatnya tiba, kita akan berjumpa kembali dengan mereka yang kita cintai  itu.

Di sana, kita tak akan pernah lagi mengalami kesendirian dan kehilangan.

Kita akan bersama selamanya.

Kekal Abdi!

[untukmu semua Saudara/iku, saya sungguh merasakan kehilangan setiap pribadi yang kita cintai pada masa pandemi covid-19 ini!]

Nabire, 14-07-2021, 18.00 WIT

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun