Mohon tunggu...
Christian Rahmat
Christian Rahmat Mohon Tunggu... Freelancer - Memoria Passionis

Pembelajaran telah tersedia bagi siapa saja yang bisa membaca. Keajaiban ada di mana-mana. (Carl Sagan)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Matinya Sang Raja

1 Agustus 2019   17:54 Diperbarui: 1 Agustus 2019   17:59 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiba - tiba terdengar teriakan dari kerumunan. "Raja ! Kami mendengar bahwa Raja bisa sehat kembali jikalau ginjal Raja diganti. Kami, rakyatmu, siap memberi nyawa kami bagi Raja. Kami akan mendonorkan ginjal kami kepada Raja !"

Mendengar perkataan rakyatnya tersebut, Sang Raja menjadi sangat terharu mengetahui betapa rakyatnya juga begitu mengasihi dia.

"Sungguh, kalian memang rakyat yang berhati mulia. Lantas, siapakah diantara kalian yang rela memberikan ginjalnya padaku ?"

"Aku akan memberikan ginjalku pada Raja !"

"Aku akan berikan ginjalku pada Sang Raja !"

Hampir semua orang dalam kerumunan itu mengatakan hal yang sama. Suasana menjadi riuh. Mereka meneriakkan kerelaannya untuk mend0norkan ginjal mereka pada Sang Raja.

Sang Raja yang bijaksana itu mencoba menenangkan rakyatnya. Riuh kembali hening. Raja memerintahkan pesuruhnya mengambilkan sehelai bulu. Dengan sigap, pesuruh Raja melaksanakan perintah itu dan tangan Raja kini memegang sehelai bulu.

"Aku sangat tersanjung akan kebaikan hati kalian. Rasa-rasanya, tak elok jika aku yang harus memilih siapa diantara kalian yang akan mendonorkan ginjalnya padaku" rakyat menyimak dengan sungguh-sungguh perkataan Raja. "Di tanganku terdapat sehelai bulu. Aku akan menjatuhkannya ke bawah. Di kepala siapa bulu ini akan mendarat, dialah yang akan mendonorkan ginjalnya padaku"

Bulu tersebut dijatuhkan Sang Raja, perlahan-lahan mendekati kepala rakyat yang berkumpul di bawah. Bulu tersebut hendak jatuh di kepala seorang bapak ketika bapak itu berkata dalam hati; Aku masih punya anak dan istri yang harus kunafkahi. Bagaimana jadinya kalau aku hanya punya satu ginjal. Ia pun mengembus bulu itu dengan sekuat tenaga. Bulu itu pun tidak jadi mendarat di kepalanya dan kini melayang-layang kembali mencari pendaratan lain.

Seorang pria muda membatin ketika bulu itu hendak mendarat di kepalanya. Ah, aku masih sangat muda untuk kehilangan ginjalku. Aku bahkan belum menikah. Maka, diembuskan jugalah bulu itu olehnya.

Begitu juga dengan seorang wanita yang mengembuskan bulu itu saat hendak mendarat di atas kepalanya karena khawatir bagaimana ia akan bekerja dan melayani suaminya jika ginjalnya hanya satu. Dengan hanya satu ginjal, aku tidak akan bisa bekerja dengan optimal lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun