Meski dingin tidak kutemukan wujud air didalam embunÂ
Aku tak tahu kenapa, mungkin embun mulai kekeringanÂ
Bagaimana bisa? Kan embun itu hasil kondensasi?Â
Tak usah naif! Teorimu terlalu tinggi menafsirkan amarah dan ego yang menyejukkan laksana embun
Kesejukanmu terlalu dingin untuk kurasakan dengan kesendirianÂ
Kau tahu kan rasanya sendiri tanpa kata, tanpa bicaraÂ
Kau tahu kan rasanya sudah pergi lalu dipanggil lagi untuk mengulang mengulang dan terus mengulangi kisahÂ
Berapa kali harus kuulangi supaya kejadiannya tak seperti dulu..Â
Tak ayal rasaku masih bungkam, setelah nyalanya padam, gelora rinduku kini sengaja kau redam
kenapa? Mungkin saja kau butuh masuk lebih dalam menjadi suhu ruang yang menyejukkanÂ
Bukan lagi seuntai kenangan yang hidup segan matipun engganÂ
Intinya, aku tak butuh untuk kau genggam, mati sudah rasaku terpejam.Â
Bogor, 21 Januari 2022
Salam,Â
Sri PatmiÂ