Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Manusia dalam Kaca Terbalik

4 September 2025   18:23 Diperbarui: 4 September 2025   18:23 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaannya sekarang : apakah umat manusia, khususnya Indonesia, bisa keluar dari "kaca terbalik" itu?

Sistem yang Tegas dan Pasti

Kunci pertama adalah hukum. Indonesia membutuhkan sistem hukum yang tidak bisa dinegosiasikan oleh uang atau kekuasaan. Jika elite politik terus kebal hukum, rakyat akan kehilangan harapan. Hanya hukum yang adil dan tegas yang bisa memutus rantai korupsi.

Kepemimpinan yang Jujur dan Tegas

Bangsa ini membutuhkan pemimpin yang tidak sekadar pandai berorasi, tetapi berani mengeksekusi. Pemimpin yang mampu mengatakan "tidak" pada kompromi busuk, meski itu berarti kehilangan dukungan politik. Tanpa kepemimpinan semacam ini, Indonesia akan terus berputar dalam siklus yang sama.

Budaya Malu dan Disiplin Sosial

Jepang bangkit dari kehancuran Perang Dunia II bukan hanya karena kebijakan ekonomi, tetapi juga karena budaya malu dan disiplin yang kuat. Indonesia perlu menghidupkan kembali rasa malu : malu korupsi, malu berbohong, malu pamer kekayaan di tengah penderitaan  rakyat.

Pendidikan yang Membebaskan

Pendidikan bukan sekadar mencetak tenaga kerja, tetapi membentuk karakter. Indonesia memerlukan pendidikan yang menanamkan tanggungjawab sosial dan integritas, bukan sekadar mengejar nilai atau ijazah.

Kaca yang Retak

Satire The Onion mungkin sekadar humor gelap, tetapi ia menjadi alegori tajam atas kondisi dunia dan Indonesia. Manusia memang tampak seperti koloni hama di bawah kaca : berisik, rakus, sulit dibasmi, dan selalu kembali meskipun dihancurkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun