Gelombang demonstrasi yang melanda Jakarta dan sejumlah kota besar pada 25, 28, dan 29 Agustus lalu telah meninggalkan bekas yang tak mudah dihapus.Â
Ribuan orang turun ke jalan, menuntut perubahan pada praktik politik yang dinilai semakin jauh dari semangat demokrasi yang sejati.Â
Aparat kepolisian diturunkan dengan kekuatan penuh, dan seperti biasa, gesekan antara massa dan aparat tidak bisa dihindarkan. Puluhan aktivis ditangkap, sebagian mengalami intimidasi, dan sejumlah peristiwa kekerasan terekam jelas oleh kamera ponsel masyarakat.
Di tengah situasi inilah, sebuah nama mencuat ke ruang publik : Salsa Erwina Hutagalung. Influencer muda, diaspora Indonesia di Denmark, yang melalui akun Instagram pribadinya @salsaer pada Jumat (29 Agustus 2025 merilis draf tuntutan rakyat kepada pemerintah.Â
Langkahnya sederhaa namun efektif. Ia mengunggah draf 12 poin tuntutan yang bersifat sementara, seraya bertanya pada pengikutnya apakah setuju atau tidak. Pertanyaan ini segera viral. Warganet merespons cepat, membagikan, mengomentari, dan memperdebatkan isi tuntutan.
Fenomena Salsa menjadi menarik karena ia tidak hadir sebagai politisi, aktivis LSM kawakan, atau tokoh senior yang biasa kita dengar di layar kaca. Ia adalah seorang anak muda Batak yang tumbuh di Pamulang, Tangerang, menempuh studi di UGM, dan kini bekerja di Denmark.Â
Keberadaannya di luar negeri tidak menghalangi kepeduliannya terhadap dinamika politik dalam negeri. Justru sebaliknya, posisinya memberi jarak yang membuat analisisnya lebih jernih, bebas dari jebakan politik praktis yang menyesakkan.
Isi draf tuntutan Salsa mencakup berbagai aspek yang selama ini menjadi keluhan publik, tetapi jarang disusun dalam bahasa yang ringkas dan menohok. (12 poin tuntutan yang dibuat Salsa)