Mohon tunggu...
Djho Izmail
Djho Izmail Mohon Tunggu... Pejalan kaki yang lambat

Bercerita dari Kampung Bermukim Maya di: https://pangeranrajawawo.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di Kampung Itu 3

18 September 2025   16:22 Diperbarui: 18 September 2025   16:22 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di Kampung, Foto diambil dari: https://tripflores.com/

Batu besar terhampar sunyi
seperti meja leluhur yang tak pernah runtuh
Di atasnya, angin duduk
membacakan doa yang tak bersuara

Ia bukan sekadar bongkah
tapi nadi kampung yang berdenyut
tempat tetua menaruh kata
tempat perjanjian dijahit
dengan darah, dengan sumpah
dengan janji yang lebih keras
daripada baja

Di sela lumut yang merayap
ada rahasia musim lalu
ada jejak tangan yang mengangkat persembahan
ada bayangan malam
yang pernah disinari obor
dan kidung purba

Batu ini adalah kitab terbuka
tanpa aksara
namun setiap retakannya adalah kalimat
setiap diamnya adalah ayat
dan setiap dinginnya adalah pelajaran
tentang keteguhan yang tak lapuk oleh waktu

Oh, meja batu leluhur
kau tegak dalam bisu
namun di hatimu
selalu ada suara
"Jangan lupa asalmu,
jangan lepaskan akar tanahmu"

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun