Jali menyetujui namun Fiqri dan Jaka terlihat sangat khawatir, Bonbon bertanya "Lu pada kenapa sih? Mau makan bakso gk?"
Fiqri dan Jaka : "Takut rumah kebanjiran"
Sinta : "yah semoga enggak banjir ya guys, kalian duluan pulang gpp"
Akhirnya kami turun dari lantai dua kelas kami, benar saja banjir sudah sampai betis kami anak umur 17 tahun. Sinta terus memgang tangan ku sembari melangkah keluar dari pintu samping sekolah, (Setiap sekolah kami Banjir pintu samping memang menjadi akses untuk keluar karena langsung mengarah ke pintu penyebrangan rel kereta, dimana tanahnya lebih tinggi dari tanah sekolah kami).
Jali dari belakang ku berkata "kalian berdua cocok, jadiany aja udah",
Bonbon menimpali, "Tau si Didit bukannya langsung dipacarin, nanti di salip sama putra loh" (putra teman sekelas kami yang juga sering dijodohkan dengan Sinta, kami juga sering nongkrong dengan putra),
Sinta; "Terus aja gue dijodohin terus kalo gk sama Didit pasti sama Putra",
Aku:"Udah ah sin, jalan aja nanti kepeleset" menuju gerbang pintu samping sinta terus menggenggam tang aku dengan erat.
Sinta: "iya beb, lagian pada becanda terus, kayanya gua ngenes banget. Eh itu tasya!"
Tasya menengok karena merasa terpanggil "eh sin mau kemana?"
Sinta : "mau makan bakso sya, ikut yuk. Kok pas tadi mau turun gua gk liat lu, ngilang gtu aja bukannya tungguin di kelas"