Mungkin ada anak menyukai kuliner. Tak ada salahnya guru atau orangtua mengonfirmasi bahwa kuliner adalah salah satu karya yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Karenanya, patut untuk didalami dan dipelajari secara lebih serius.
Pun demikian kalau ada anak, yang kemudian ingin mendalami keterampilan yang seperti dimiliki oleh pembawa acara. Anak ini harus dikuatkan. Dimotivasi dan difasilitasi.
Guru, khususnya orangtua harus membuka seluas-luasnya pikiran, benak, waktu, dan tenaga, bahkan dana untuk mendukung anak. Agar, dalam mendalami keterampilan yang dikerjakan dapat tumbuh kembang secara optimal.
Munandar, Nashori & Mucharam dalam R. Rachmy Diana (Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, Vol. 3 No. 2, 2006) memercayai bahwa setiap anak itu kreatif. Karenanya, kepekaan orangtua dan guru dalam mengungkap kekreatifan anak sangat dibutuhkan.
Sebab, sekalipun setiap anak itu kreatif, tak serta merta kreativitas mereka mengalami tumbuh kembang kalau dibiarkan. Harus ada yang memedulikan.
Karenanya, dapat selalu memandang secara positif kekreatifan anak justru menjadi spirit yang dapat mendorong anak mengalami tumbuh kembang secara prospektif. Itu sebabnya, sekalipun mungkin ada orang memandang secara negatif, orangtua dan guru harus selalu memandang secara positif.
Memberikan apresiasi, yang dapat saja sebatas ungkapan, "kamu hebat", "kamu luar biasa", "kamu istimewa", dan tepuk tangan, misalnya, sudah merupakan motivasi bagi anak.
Ini artinya, memberi apresiasi dengan sederhana saja sudah memiliki efek. Yang, dapat membentuk kreativitas anak mengalami tumbuh kembang. Energi kreatif ini yang dipahami akan menjaga stamina hidup anak tetap kuat dan bertahan.
Dalam kondisi dan situasi kurang baik pun, anak yang kreatif tetap akan dapat menyelesaikan kendala yang dihadapi. Pikiran, benak, dan semangat anak yang kreatif tak pernah berhenti.
Ia akan terus bergerak, mencari jalan keluar. Kalau boleh diibaratkan cacing yang terinjak, ia tetap bergerak ingin lepas. Tak berhenti dan diam. Anak kreatif selalu mencari peluang dan memanfaatkan kesempatan yang ada.
Membentuk jiwa kreatif anak tak sekadar orangtua dan guru memfasilitasi dan memotivasi. Tapi, yang lebih dari ini adalah memberi teladan.