Ini artinya, kelompok anak yang seperti ini dapat memanfaatkan gawainya secara positif dan produktif. Persoalannya, sudahkah sebagian besar --untuk tak menyebut semua-- anak melakukannya?
Bahkan, kalau pertanyaan yang sama diarahkan kepada orang dewasa, sudahkah sebagian besar --untuk tak menyebut semua-- orang dewasa melakukannya?
Terkait dengan ini barangkali tak perlu dilakukan pendataan. Sebab, yang terpenting, khususnya terhadap anak, adalah ada upaya positif dari orang dewasa, termasuk orangtua, tentu juga guru, memotivasi bahkan membersamai mereka untuk menjadi pribadi yang kreatif.
Toh, seperti sudah disebut di atas bahwa orang menjadi kreatif dapat memanfaatkan gawai. Dan umumnya, anak-anak, bahkan sejak kanak-kanak, sudah familier dengan gawai.
Tapi, sekalipun begitu tak ada maksud mereka yang masih kanak-kanak diarahkan ke dalam tujuan ini, yaitu menjadi pribadi yang kreatif.
Anak-anak yang dipandang sudah dapat diajak berdiskusilah yang memungkinkan dimotivasi dan dibersamai untuk memanfaatkan gawai sebagai sarana menggapai hal-hal yang kreatif.
Sayang, jika sudah ada gawai di tangan dan ada kesempatan dapat belajar aktivitas kreatif dari rumah dengan rileks, tak memanfaatkannya secara baik. Lagian, orang tak harus datang ke lokasi proses produksi karya kreatif untuk berguru.
Ada memang anak yang sudah memanfaatkannya secara baik sehingga dari tangan dan pikirannya, juga imajinasinya lahir sebuah karya kreatif. Tapi, ada banyak anak yang memanfaatkannya untuk semaunya, yang penting menyenangkannya.
Ini tentu wajar. Sebab, orang seusia anak-anak rerata mengutamakan kesenangan-kesenangannya. Mereka belum secara sadar memahami bahwa ada sesuatu yang harus disiapkan dalam dirinya. Itulah anak.
Karenanya, orang dewasa, baik orangtua di lingkungan keluarga maupun guru di sekolah, perlu memotivasi dan mau membersamai anak untuk mengarahkan diri memanfaatkan gawai secara positif dan produktif alias kreatif.
Artinya, daya kreatif dalam diri anak itu dibentuk atau diupayakan oleh orangtua dan guru. Jadi, orangtua dan guru memiliki peran penting dalam hal ini. Yaitu, memfasilitasi dan sekaligus mengonfirmasi sehingga anak memiliki kemantapan terhadap hal yang dikerjakan.