"Jika kamu sedang marah, maka aku akan membuatmu jadi ridha dan Apabila aku sedang marah, maka buatlah aku ridha dan jika tidak, maka kita tidak akan menyatu". Kemudian Ibrahim berkata kepada Baqiyah "Wahai saudaraku, begitulah seharusnya orang-orang yang saling bersaudara itu dalam melakukan persaudaraannya, kalau tidak begitu, maka mereka akan segera berpisah."
Hendaknya pasangtan suami istri selalu berusaha saling ridha satu dengan yang lain. Keduanya harus saling berusaha membuat pasangannya ridha terhadap dirinya, dan dirinya ridha terhadap pasangannya.
Kelima, Musyawarah (Keterbukaan dan Kebersamaan dalam Mengambil Keputusan)
Keterbukaan dan musyawarah adalah kunci awal yang efektif untuk menghadapi berbagai tantangan dan memecahkan persoalan dalam kehidupan berumah tangga. Hendaknya suami dan isteri saling terbuka dan menyampaikan perasaan serta keinginan dirinya secara leluasa. Jangan ada hambatan komunikasi antara mereka berdua sejak dari awalnya. Biasakan bermusyawarah dengan penuh keterbukaan dan kelegaan hati.
Musyawarah adalah tradisi yang sangat kuat mengakar dalam Islam. Dalam sangat banyak aspek, musyawarah adalah pedoman penting dalam mengambil keputusan. Termasuk dalam kehidupan berumah tangga. Allah berfirman,
"Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakal kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepadaNya" (QS. Ali Imran: 159).
Dalam ayat yang lain, Allah berfirman,
"Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka... (QS. Asy-Syura: 38).
Kita ingat sebuah kisah sangat bersejarah bagi umat Islam. Kisah tentang turunnya wahyu pertama kali. Sekaligus kisah tentang bagaimana musyawarah dan keterbukaan antara suami dan istri. Saat itu malaikat Jibril menemui Rasulullah saw di gua Hira dengan membawa wahyu pertama,
"Bacalah dengan Nama Rabbmu yang telah menciptakan."
Nabi saw pulang ke rumah dengan hati yang bergetar penuh kegundahan. Ia segera menemui istrinya, Khadijah, "Selimuti aku, selimuti aku!" Setelah Khadijah menyelimuti beliau saw, rasa takut pun hilang. Beliau saw segera bercerita secara terbuka kepada Khadijah kejadian yang baru saja menimpa, termasuk apa yang beliau rasakan.
"Sungguh aku mengkhawatirkan diriku (akan binasa)."