Perjalanan kehidupan pernikahan, dari romantic love menuju real love, dari passionate love menuju compassionate love, dari mawaddah menuju rahmah, bukanlah perjalanan yang flat dan "datar-datar saja". Melainkan sebuah rentang perjalanan yang penuh dinamika. Pada sebagian orang --penuh tantangan dan perjuangan.
Ada perjuangan untuk saling mengerti, saling memahami, saling menerima, saling menyesuaikan diri, saling berkompromi, saling bernegosiasi, saling menghargai, saling menghormati, saling mencintai, saling menyayangi, dan saling menjaga satu dengan yang lainnya. Sebagian besar pasangan melewati fase-fase "menegangkan" saat berjuang untuk berlaku "saling" ini.
Beberapa pasangan akan melewati dinamika dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan pasangan lain. Namun ada yang terseok, sehingga harus menghabiskan waktu lebih banyak untuk mencapai kesejiwaan, mencapai real love, mencapai compassionate love atau suasana rahmah.
Namun semua pasangan memiliki realitas yang sama --bahwa mereka memerlukan waktu. Tak ada pasangan yang "tiba-tiba" atau "mendadak" atau "sim salabim abrakadabra" --langsung bisa saling klik satu dengan yang lainnya tanpa proses waktu. Semua hal baik, memerlukan waktu.
Sebagian pasangan memerlukan waktu satu tahun, tiga tahun atau lima tahun untuk sampai level saling mengerti, menghargai, dan mencintai. Sebagian yang lain memerlukan waktu lebih panjang, sepuluh atau duapuluh tahun untuk bisa mencapai kondisi kesejiwaan dengan pasangan.
Waktu telah membuka mata jiwa --bahwa ia adalah seseorang yang layak dicinta sepenuh rasa. Pengorbanannya, ketulusannya, kesungguhan usahanya, kejujurannya, kepeduliannya, dan lain sebagainya, menjadi faktor-faktor penilaian yang menyebabkan seseorang mampu merasakan kehadiran cinta pasangan. Ini jelas memerlukan waktu.
Maka jangan berharap cinta sejati dalam bentuk compassionate love, real love atau rahmah, langsung hadir sejak hari pertama pernikahan. Yang terjadi adalah sebuah proses yang memerlukan pembuktian waktu. Ada ujian di sepanjang perjalanan yang akan membuktikan ketulusan jiwa --sesuatu yang menyebabkan seseorang layak dicinta di sepanjang usia.
"Aku tidak ragu lagi bahwa kamu adalah pasangan hidup terbaikku. Aku tidak ragu lagi bahwa kamu adalah seseorang yang layak aku cintai di sepanjang rentang kehidupanku", ini adalah sebuah konklusi yang tidak akan muncul pada hari-hari awal pernikahan. Apa bukti dari konklusi ini? Pasti memerlukan waktu.
Jadi, jangan gegabah menyatakan "aku tak bisa mencintainya", sementara usia pernikahan Anda baru beberapa hari, beberapa pekan atau beberapa bulan. Jangan cepat-cepat menyatakan "aku tak bisa hidup bersamanya lagi", padahal belum melewati waktu yang memadai untuk mendapatkan pembuktian.
Kami sudah menempuh kehidupan pernikahan lebih dari tigapuluh tahun. Tentu sangat berbeda dengan pengantin yang baru menjalani hidup tiga tahun. Waktu telah menjadi pembuktian akan kesetiaan, penghargaan, penghormatan, penerimaan dan ketulusan. Seseorang tidak akan mampu berpura-pura atau menipu dalam rentang waktu yang sangat panjang.