Mohon tunggu...
Pairunn Adi
Pairunn Adi Mohon Tunggu... Administrasi - Penyuka fiksi

Seorang Kuli Bangunan yang sangat suka menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Duka Sulawesi Tengah

6 Oktober 2018   11:49 Diperbarui: 6 Oktober 2018   12:50 1226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ketika tanah-tanah murka
Menelan segala yang berdiri di atasnya
Guncangannya pun penuh luka
Hadirkan air berbah-bah dari samudra
Menerjang segala yang ada
Tanpa ampun; semuanya.

Jerit dan tangis bersambungan
Membelah langit
Yang bintang-bintangnya mati
Kemudian mengetuk pintu-pintu surga
Mencari keberadaan-Mu.

Ah, entah apa
Dan mengapa
Bumi memurkai manusia
Sedang Engkau diam di atas sana
Mungkinkah Kau bosan
Dan muak
Pada dosa-dosa yang semakin meraja-lela?

Ataukah sudah memudarnya norma?
Dalam kekalutan pun masih banyak nista
Memangsa yang tak berdaya
Saling menikam sesama.

Rerumputan hanya membisu
Menatap mayat-mayat berserakkan menindihnya
Sedang yang masih tersisa
Tanpa daya
Harapkan uluran tangan yang tak jua memanjang
Harap pahlawan yang tak jua datang
Hanya doa dan belasungkawa yang terdengar
Tapi tak membuat perut mereka kenyang
Tak membuat hati mereka tenang
Tak membuat meraka merasa diperhatikan.

Burung-burung gagak hitam
Bertengger di atas puing-puing bangunan
Diam saja
Mungkin menunggu saat
Akan menjual derita mereka
Pada dunia.

Malang, 6 Oktober 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun