Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Syair dari Tuhan

11 Juli 2021   17:24 Diperbarui: 12 Juli 2021   22:53 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wajah kelam terpampang di ruang tamu, dinding kusam menjadi penanda bahwa semua fana.

Saat jemari menyaput sajak, maka bergetarlah.
Kata yang membentuk bait, menjadi gema.
Mata membakar kenangan, mengedip sirna.

Wajah kelam terpampang di ruang tamu, senja menyudutkan terang menjadi penanda perubahan.

Perlu kau tahu bahwa Tuhan juga penyair.
Yang dibaca oleh segenap harapan.
Melalui dokter yang mengobati pasien.
Juga perawat yang memasang oksigen.

Tuhan juga penyair.
Tak pernah kehabisan kata-kata.
Bagi mereka yang lelah memakamkan kenangan.

Kata menjadi frasa
Frasa menjadi klausa
Klausa menjadi kalimat
Kalimat menjadi firman yang abadi
"Berdoalah pada-Ku, niscaya Ku-kabulkan"

SINGOSARI, 11 Juli 2021

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun