Mohon tunggu...
Okti Nur Risanti
Okti Nur Risanti Mohon Tunggu... Penerjemah

Hai, saya Okti. Menulis adalah upaya saya untuk mempraktikkan misi mandat budaya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bukan Matematika, Anak TK Kita Lebih Perlu Pendidikan Karakter

19 Februari 2025   11:00 Diperbarui: 19 Februari 2025   12:17 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto menyusun balok (Sumber: Unsplash/La-Rel Easter)

Kita diciptakan sebagai manusia sosial. Oleh karena itu, keterampilan bersosialisasi merupakan modal dasar dari setiap individu agar dapat berelasi baik dengan sesamanya. Keterampilan ini perlu diajarkan kepada anak-anak agar kelak mereka dapat membawa diri serta berkontribusi positif di tengah masyarakat, bahkan dalam kancah pergaulan global. Media sosial yang telah mengubah sekaligus menyebabkan banyak masalah dalam cara generasi muda berelasi membuat keterampilan bersosialisasi ini kian menjadi isu krusial yang perlu ditanamkan pada anak-anak semenjak dini. Jangan lupa, keberhasilan seseorang dalam berbagai wilayah hidupnya relatif lebih banyak ditentukan oleh kemampuan ybs. dalam berelasi dan berjejaring dibanding dengan kecerdasan atau keberhasilannya di bidang akademis.

Banyak bermain dan membangun kerja sama tim tentu saja perlu menjadi aktivitas utama dalam mengajarkan keterampilan bersosialisasi ini. Di dalamnya, selipkan etiket-etiket dasar yang sangat penting dalam bersosialisasi, yaitu mengucapkan tolong, maaf, terima kasih, menghargai sesama, menghargai waktu, menaati peraturan, serta mengerti hak dan kewajibannya sebagai individu dan sebagai bagian dari komunitas.

Ajarkan pula tentang budaya mengantre. Dengan mengantre, anak-anak akan belajar disiplin, keteraturan, menghargai hak orang lain, dan bersabar. Dengan mengantre, anak-anak juga belajar untuk tidak egois atau menganggap dirinya paling penting dan harus selalu diutamakan.

Berekspresi

Belajar berekspresi yang saya maksudkan di sini adalah upaya untuk mengembangkan keterampilan seorang anak dalam mengungkapkan diri, pendapat, ide, keberatan, emosi, serta perasaannya kepada orang lain saat ia terjun di tengah komunitas dan masyarakat. Meski sekilas kelihatannya tidak penting, tetapi ada begitu banyak persoalan bangsa kita yang terkait dengan keterampilan berekspresi ini. Barbarnya netizen Indonesia di dunia maya serta ujaran kebencian berdasarkan ras, agama, gender, orientasi seksual, atau perbedaan politik yang sering terjadi saat ini menjadi contoh tentang betapa pentingnya kita mengajarkan keterampilan berekspresi ini kepada anak-anak semenjak dini. Jangan lupa, kemampuan anak untuk melakukan presentasi dalam berbagai kesempatan kelak juga dapat dipelajari melalui materi keterampilan berekspresi ini.

Nah, materi apa yang dapat diberikan kepada anak-anak agar dapat mengungkapkan ekspresinya dengan baik?

Banyak. Mendongeng, meminta anak untuk bercerita di depan kelas/teman-teman, mengajak anak berdiskusi dalam kelompok tentang berbagai topik, membuat proyek kecil bagi anak-anak dan kemudian meminta mereka menyampaikan hasilnya di depan kelas, melihat dan mendengar  film, gambar, atau audio yang dapat merangsang kemampuan anak untuk berekspresi secara tepat dan sehat, atau mengajak anak untuk membaca puisi, bermain drama, atau bermain peran di depan kelas. Hal-hal tersebut akan memupuk keterampilan sekaligus rasa percaya diri anak dalam mengungkapkan diri, ide, pendapat, serta perasaannya kepada orang lain secara tepat.

Dalam perkara mengungkapkan emosi, anak-anak perlu diajar untuk mengenal berbagai jenis emosi yang mereka miliki dan pada bagaimana menuangkan dan mengendalikan emosi tersebut agar jangan sampai merugikan diri mereka sendiri maupun orang lain. Oh ya, jangan lupa juga untuk mengajar keterampilan berbahasa pada anak karena ini menjadi faktor dasar bagi setiap orang dalam mengungkapkan pendapatnya agar dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh yang lain. 

Berpikir Kritis   

Berpikir kritis menjadi hal mendasar yang perlu dimiliki oleh setiap orang untuk menghadapi aneka persoalan dan tantangan dalam hidupnya. Dengan kemampuan berpikir kritis, seseorang akan mampu menyusun dan mengolah fakta, data, informasi, dan bukti secara cermat, mengambil keputusan atau pilihan yang tepat, memecahkan masalah, menjadi kreatif, memiliki kemampuan beradaptasi, dan melakukan kebenaran. Kemampuan berpikir kritis, dengan demikian, akan menjadi jalan bagi seseorang untuk mampu menguasai sains, teknologi, dan berbagai bidang keilmuan lainnya. 

Agar mampu menjadi manusia kritis, anak-anak wajib memiliki literasi yang baik. Untuk itu, mereka perlu dirangsang dengan berbagai kegiatan yang akan membuat mereka suka belajar, membaca, mendengar, menyimak, berhitung, dan menggunakan serta mengaplikasikan teknologi. Kegiatan belajar, karena itu, harus selalu menjadi aktivitas yang menyenangkan dan menantang bagi anak-anak untuk terus meningkatkan literasi dan pengetahuan mereka. Dengan alasan itu, maka sangat tidak tepat jika anak-anak TK justru sudah dibebani dengan pelajaran calistung, apalagi dengan kurikulum, metode, dan cara-cara yang sangat tidak menarik, membosankan, dan belum-belum sudah membuat anak sebal. Sebab, dengan begitu, kelas, sekolah, dan pelajaran hanya akan menjadi sebuah konsep yang sangat membebani, bukannya kesempatan yang sangat menarik untuk belajar dan berkembang buat anak-anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun