Mohon tunggu...
Nurul Zhikra
Nurul Zhikra Mohon Tunggu... Apoteker - Saya seorang mahasiswi ingin mencari inspirasi dari karya-karya puisi saya. Saya kuliah di jurusan farmasi. Hobi saya tilawah dan saya mencintai dunia tulisan

Nama Lengkap : Nurul Zhikra Jenis Kelamin : Perempuan Asal Institusi/Program Studi : Universitas Jambi/Farmasi NIM :F1F117029 Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 2 Januari 1997 Email : nurulzhikra@gmail.com Nomor Telepon/ Hp :085261810489 Alamat : Perumahan Mendalo Asri Mendalo indah kec. Jambi Luar Kota blok cc 02 Jambi. Kecamatan Jambi Luar Kota, Kelurahan Mendalo Indah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Darah Pangkuan

8 Agustus 2019   09:45 Diperbarui: 8 Agustus 2019   09:45 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Perjalanan ini menjadi saksi

Bunyi detik berjalan menghabiskan waktu

Gumpalan awan hitam meneriakkan jeritan

Nafas-nafas terselubuk halus memekik

Mencari nadi para malaikat

Mengukir jejak yang bernyawa


Untuk mengakhiri  tubuhnya

Jutaan nadi perlahan mengering

Membekukan alirannya hingga tak berair

Meminta aliran sungai darah pada penciptanya

Karena hamba-hamba-Nya telah dikepung keserakahan

Rohnya menjerit bersama goncangan amarah yang bersemayam di tubuhnya

Menginginkan air darah kembali di permukaan danau

Menginginkan nadi yang mengaliri permadani

Namun, semua hanya impian hampa diselembar harapan

Lihatlah, semua kenyataan berupa fatamorgana

kantong darah terlihat murung dan kusam

Tak bergairah karena ditelan masa

Tak ada merah yang mengairi nadi

Tak ada darah yang memenuhi danau

Tak ada nadi yang bermandikan darah

Hingga sirna terbawa angin keatas langit

Menyisakan setetes harapannya yang  tak nampak menetap di dalamnya

Jarum suntik pun menjerit dan menangis

Mengalirkan sungai derita

Sungai yang memilukan ibu pertiwi

Karena mereka yang tunduk dengan ketakutannya

Mereka tengah terbaring dihadapan sana

Apakah kalian mendengarnya?

Jeritan mereka meminta, Kembalikan!

Atau mungkin kalian berpura-pura tuli?

Tak mengertikah? Semua memekik serupa suram

Diam meniti embun pagi yang bergantungan

Sungguh, mereka  mencari dirimu

Apakah kamu ada?

Apakah kamu peka?

Atau mungkin kamu sibuk bersembunyi di kolong ranjang dengan nikmatnya

Menyembunyikan diri dari harapannya

Hingga kamu membusuk di tempat persembunyianmu

Semua karena keegoisanmu yang meradang

Sementara nafas-nafas itu tak memiliki banyak waktu

Mereka memanggilmu untuk menoleh ke belakang

Namun, kamu acuh tak acuh

Sementara, mataharipun telah menjauh dari jantungnya

Dari hembusan nafas dan irama denyut nadi

Hingga akhirnya ia menjadi debu

Apa harus pecahan kaca itu kutaburkan kematamu?

Agar kau merasakannya dan mau memperdulikannya

Apa harus alunan musik itu memecah gendang telingamu?

Agar pendengaranmu jelas akan kehancuran itu

Kehancuran dendang  harapannya tenggelam olehmu

Atau bahkan pasukan lintah menghabisimu dahulu?

Sampai pada akhirnya dirimu menrintih menangis tak berdaya

Hingga penyesalan berakhir  pada namamu terukir di nisan

Ku tak ingin memaksamu

Tak juga menginginkanmu tunduk dengan segala  perintahku

Lakukan saja semaumu

Pada akhirnya sisi baikmu menghampirimu nantinya

Dia akan menggenggam lembut tanganmu, lalu memeluk tubuh segarmu

Setiap perjumpaanmu itu

Engkau bersanding dengan musim yang terbit

Pada harapan yang  telah dikatakan diatara luka-luka yang menganga

Jambi, 8 Agustus 2019

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun