Perjalanan ini menjadi saksi
Bunyi detik berjalan menghabiskan waktu
Gumpalan awan hitam meneriakkan jeritan
Nafas-nafas terselubuk halus memekik
Mencari nadi para malaikat
Mengukir jejak yang bernyawa
Untuk mengakhiri  tubuhnya
Jutaan nadi perlahan mengering
Membekukan alirannya hingga tak berair
Meminta aliran sungai darah pada penciptanya
Karena hamba-hamba-Nya telah dikepung keserakahan
Rohnya menjerit bersama goncangan amarah yang bersemayam di tubuhnya
Menginginkan air darah kembali di permukaan danau
Menginginkan nadi yang mengaliri permadani
Namun, semua hanya impian hampa diselembar harapan
Lihatlah, semua kenyataan berupa fatamorgana
kantong darah terlihat murung dan kusam
Tak bergairah karena ditelan masa
Tak ada merah yang mengairi nadi
Tak ada darah yang memenuhi danau
Tak ada nadi yang bermandikan darah
Hingga sirna terbawa angin keatas langit
Menyisakan setetes harapannya yang  tak nampak menetap di dalamnya
Jarum suntik pun menjerit dan menangis
Mengalirkan sungai derita
Sungai yang memilukan ibu pertiwi
Karena mereka yang tunduk dengan ketakutannya
Mereka tengah terbaring dihadapan sana
Apakah kalian mendengarnya?
Jeritan mereka meminta, Kembalikan!
Atau mungkin kalian berpura-pura tuli?
Tak mengertikah? Semua memekik serupa suram
Diam meniti embun pagi yang bergantungan
Sungguh, mereka  mencari dirimu
Apakah kamu ada?
Apakah kamu peka?
Atau mungkin kamu sibuk bersembunyi di kolong ranjang dengan nikmatnya
Menyembunyikan diri dari harapannya
Hingga kamu membusuk di tempat persembunyianmu
Semua karena keegoisanmu yang meradang
Sementara nafas-nafas itu tak memiliki banyak waktu
Mereka memanggilmu untuk menoleh ke belakang
Namun, kamu acuh tak acuh
Sementara, mataharipun telah menjauh dari jantungnya
Dari hembusan nafas dan irama denyut nadi
Hingga akhirnya ia menjadi debu
Apa harus pecahan kaca itu kutaburkan kematamu?
Agar kau merasakannya dan mau memperdulikannya
Apa harus alunan musik itu memecah gendang telingamu?
Agar pendengaranmu jelas akan kehancuran itu
Kehancuran dendang  harapannya tenggelam olehmu
Atau bahkan pasukan lintah menghabisimu dahulu?
Sampai pada akhirnya dirimu menrintih menangis tak berdaya
Hingga penyesalan berakhir  pada namamu terukir di nisan
Ku tak ingin memaksamu
Tak juga menginginkanmu tunduk dengan segala  perintahku
Lakukan saja semaumu
Pada akhirnya sisi baikmu menghampirimu nantinya
Dia akan menggenggam lembut tanganmu, lalu memeluk tubuh segarmu
Setiap perjumpaanmu itu
Engkau bersanding dengan musim yang terbit
Pada harapan yang  telah dikatakan diatara luka-luka yang menganga
Jambi, 8 Agustus 2019
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â