Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ternyata Dendamku Masih Ada hingga di Persimpangan Jalan

23 Oktober 2021   16:00 Diperbarui: 23 Oktober 2021   17:19 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi:  soundcloud.com/kurniawan-hartanto

Sejenak kemudian terlihat Dullah membuka matanya, dan nafasnya sedikit demi sedikit mulai teratur. Dan dilihatnya Sarno sudah ada di sampingnya, dan ia bisa mengucapkan kata, "Terimakasih Kang No...."Rupanya Dullah sudah pulih ingatannya, segera ia mencoba duduk. Sebenarnya ada lagi yang ingin diucapkan.

"Makanya berani menggoda itu jangan hanya sapi. Janda masih banyak yo Dul, di desa ini." Meledaklah tawa orang-orang yang di dekat Dullah.

Matahari yang sudah lantang menantang siapa saja untuk berdiri menyambutnya. Udara pagi yang sudah tidak berkabut lagi mengabarkan jika alam telah membuka diri untuk penghuninya meraup rezeki dunia dan kemaslahatan akhirat. Orang-orang yang berada di gubuk itu pun segera bergegas turun ke sawah, menunaikan takdir menghidupi manusia lainnya. 

Mengolah tanah menghasilkan biji dan buah. Kenikmatan pagi yang selalu di syukuri dengan berbuat kebajikan. Tetiba kekhusukkan orang di sawah sedikit terganggu karena adanya iring-iringan mobil.

Mobil ambulan paling depan diiringi mobil-mobil pribadi dan berderet sepeda motor. Di antara iringan mobil itu jelas sekali ada mobil petinggi. Sarno tidak ambil peduli pada iring-iringan itu, ia langkahkan kakinya menuju rumah petinggi. Masih sama langkahnya gontai. Ketika sampai belokan jalan menuju rumah petinggi ia berpapasan dengan Seno Bayan desa.
"Lek Sarno mau ke rumah petinggi?" Tanya Seno
"Ya," Jawab Sarno malas.
"Pak Petinggi sudah di bawa ke rumah sakit. Sejak  jatuh dari got dia gak ingat apa-apa mungkin gegar otak"

Sarno hanya memandang Seno seolah ingin memastikan. Tetapi cukuplah dengan apa yang dilihatnya baru saja, ada ambulan, ada iring-iringan mobil, terus ada keterangan bayan.

"Mungkin kalau Lek Sarno datang lebih awal mungkin Pak Petinggi tidak akan di bawa ke rumah sakit."
"Ya jangan bilang begitu Pak Bayan semua sudah ada yang ngatur," kata Sarno menyembunyikan kenyataan jika dendamnya masih ada. Karena dirinya merasa hanya manusia biasa.

(Pati, Oktober 2021)


   

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun