Kau gayutkan lengan di pinggang pada
pertemuan setelah usai memandang  temaram senja di Rowo Jombor
sebatas angin kemarau yang memelukkuÂ
atau setapak senantiasa ragu yang harus menahan
beban kasmaran ketika gerimis pertama mencium bumi
kau berucap selamat tinggal
setelah itu ingin kuakhiri denyut nadiku yang telah kau alirkan
lewat angin utara meski harus terenggut hingga dasar jiwa
Kini, ingin kuulangi lagi
di bawah rinai hujan kau tatap aku malumalu
sungguh ingin kuulangi lagi
kau ucap malumalu kata rindumu
kemudian kita berdiam di bawah temaram bulan
Senapas harapku tinggal puing bercampur embun
tak tersisa. namun rinduku
masih menungu hingga ujungujung mimpi
(Pati, 14 September 2019)