"... E ...Kenapa Bapak e.... salah kaprah.....?"Â
Suara Kirno menghilang. Benar-benar sudah tidak bisa bernapas lagi. Ia melihat Yuni sudah mencak-mencak nggak karuan.
"Kurang ajar. Dasar anak tak tahu diri. Sudah kubilang dia tidak akan mau menyumbang. Boro-boro untuk umroh, untuk makan harian Bapak aja nggak pernah ngirimin."
Kirno berusaha menenangkan istrinya.
Lit tulat tulit tulat tulit.
SMS lagi. Dari siapa lagi? Bukannya semua anak sudah?
"Aku di sini banyak kebutuhan. Biaya sekolah anak-anakku. Juga lesnya. Cicilan mobil, rumah. Belum belanja istriku bulanan. Pabrikku cuma satu. Aku juga ada karyawan yang harus kuperhatikan,"
Lit tulat tulit tulat tulit.
"Pokoknya aku nggak bisa bantu."
Hati Mbah Rukmo seperti dipukuli palu berkali-kali.
"Sudah. Sudah'" Mbah Rukmo menutup pertemuan.