Di dalam ambisi 'anak-anak' naif yang kebelet jadi sutradara, ada lubang hitam besar bernama pesimistis yangpada akhirnya akanmenghisap semua energi mereka. Di dalam kepala anak-anak, mengarungi mimpi dan angan-angan hanyalah perkara mudah. Sampai mereka lupa bahwa angan-anganyang abstrak itutidak selalu bersepakat dengan realita. Seperti halnya memelihara rasa muak dalam lingkaran kepolosan anak-anak, tak disangka bahwa merawat mimpi yang terlampau sederhana akan membuat kita hidup dalam kekonyolan belaka. Sutradara? Apa yang sebenar-benarnya kau inginkan jika menjadi sutradara? Itulah pertanyaan yangharusnyapaling pertama terlontar di kepalamu. Lalu, munculkanlah pertanyaan kedua:
Di dunia ini ada banyak macam status yang digandrungi sutradara. Lantas, status apa yang kau inginkan?
a. Sutradara Film,
b. Pengarah Visual,
c. Sutradara Music Video,
d. Sutradara Pertunjukan, atau
e. Sutradara bayang-bayang yang tak masuk dalam daftar credit?
Dalam bidang apa pun itu, adasetidak-tidaknyatiga hal yang menurut Saya bisa dijadikan bekal sebagai sutradara.
1.Sutradara sebagai Pelaku Kebudayaan
Perlu dipahami bahwa hasil akhir atau luaran dari buah-buah pikiran manusia memang dapat disebut sebagai produk kebudayaan. Sebagaimana seorang sutradara menciptakanmisalnyasebuah film, maka film tersebut ialah salah satu cara ia 'berbicara' kepada masyarakat tentang gagasan apa yang ingin ia sampaikan. Dan film itu dapat kita sebut sebagai produk kebudayaan. Itu benar. Tapi, lebih dari itu. Produk-produk kebudayaan itu memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keberlangsungan hidup masyarakat. Film-film dan pertunjukan yang kita tonton, buku-buku yang kita baca, konten-konten yang kita konsumsi berdasarkan algoritma media sosial, atau bahkan mitos-mitos tertentu yang beredar di masyarakat, itu juga akan memengaruhi cara kita berpikir dan menyikapi sesuatu. Dan pemikiran-pemikiran kitatentunyaakan berpengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat secara kolektif. Tentang bagaimana kehidupan kita dibuat 'sama rata', tentang pemikiran anak-anak yang berkutat pada cinta-cintaan, tentang pemahaman bahwa dunia ini hanya diisi oleh dua kategori manusia, yakni yang jahat dan yang baik. Tidak sebatas itu, masyarakat harus melihat perspektif-perspektif lain yang akan mengubah pola pikir mereka. Jika kebudayaan mengalami kemajuan, maka cara hidup masyarakat juga akan mengalami peningkatanterutama dari segi pola pikir. Maka perlu ditekankan bahwa produk kebudayaan tidak hanya sebatas 'buah pikiran, ide, dan gagasan' belaka. Melainkan, ia adalah suatu komponen penting agar keseimbangan hidup masyarakat tercapai. Maka dari itu, merawat kebudayaan dengan 'tepat' akan menciptakan ekosistem (ruang-ruang hidup) manusiadan makhluk hidup lainnyayang lebih baik.
Sutradara perlu memahami tiga kekuatan yang disebut sebagai tridaya (cipta, rasa, karsa). Tiga kekuatan tersebut memiliki peran penting dalam keseimbangan hidup manusia. Mengapa? Berdasarkan makna dari kekuatan-kekuatan tersebut, yakni: