Mohon tunggu...
Nur Halimah
Nur Halimah Mohon Tunggu... Penulis

Beberapa karyanya terbit dalam ebook antologi. Cerpennya berjudul Tragedi Sapi Gila terbit dalam Antologi Cerpen Ebullience (Contains 25 Short Stories) yang merupakan TOP 25 karya terbaik ASEAN Writing Short Story Competition prospace.id.

Selanjutnya

Tutup

Seni

Apa Bekalmu sebagai Sutradara Amatir Hari Ini?

14 September 2025   19:09 Diperbarui: 14 September 2025   19:09 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertunjukan teater di Jepang (unsplash.com/Kazuo ota)

1)Cipta, kekuatan yang berasal dari pikiran atau kehendak untuk menciptakan sesuatu. Ialah berupa ide dan gagasan yang lahir dari buah-buah pikiran manusia.

2)Rasa, yakni emosionalitas terhadap ide dan gagasan yang sedang diramu dalam diri manusia.

3)Karsa, ialah dorongan, kehendak, atau motivasi yang menjadi penentu tercapainya keberhasilan cipta dan rasa yang berwujud.

Kemudian, hasil akhir atau output dari tiga kekuatan itulah yang kita sebut sebagai karya. Karya yang dimaksud dapat mencakup berbagai bidang, bisa dalam bidang pengetahuan dan pendidikan, kesehatan, fashion, teknologi, seni, sastra, dan lain sebagainya. Dan karya-karya itu juga kita sebut sebagai produk budaya.

Maka dari itu, sutradara dapat dikatakan sebagai salah satu pelaku kebudayaan karena ia menghasilkan produk budaya.

2.Sutradara sebagai Penyelaras Konsep

Dalam suatu garapan film, teater, atau pun jenis karya yang lain, sutradara tidak hanya berperan sebagai pemilik konsep paling utama. Tetapidalam kerja-kerja kolektif tentunyasutradara harus bisa menyelaraskan elemen-elemen agar terciptanya harmoni yang sesuai dengan ide dan gagasan yang mau disampaikan. Dalam proses penggarapan, sutradara wajib memperhatikan hal-hal yang tampak secara visualbahkan audio-visual. Dan untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan mood, style, serta tangga dramatik tersebut, sutradara wajib menyelaraskan semua elemen. Semua itu dilakukan agar tercipta suatu karya yang menarik dan dapat berguna bagi masyarakat. Oleh karena itu, seorang sutradara harus memperhatikan mise en scne.

Meminjam pernyataan Bordwell & Thompson (dalam Husnil, dkk, 2023) tentang apa itu mise en scne, yakni dalam bahasa Prancis asli, mise en scne (dibaca meez-ahn-sen) bermakna "menempatkan ke dalam adegan," dan itu pertama kali dipraktikkan dalam penyutradaraan drama. Selanjutnya, Husnil Fajri, dkk (2023) menuliskan dalam jurnal yang sama (Jurnal CINELOOK: Journal of Film, Television, and New Media) bahwa ada empat aspek mise-en-scne yaitu setting (latar), costume and makeup (pakaian dan riasan), lighting (pencahayaan), dan staging: movement and performance (penempatan pemain dan pergerakannya). Kemudian aspek-aspek lain yangmenurut sayadapat mengharmonisasikan konsep visual mau pun audio-visual suatu karya secara keseluruhan ialah elemen-elemen seperti: tangga dramatik atau sering juga disebut sebagai skala dramatik, bentuk-bentuk visual, suara atau audio, musik, pewarnaan, komposisi, ekspresi, perspektif, tempo, set panggung atau set artistik, pencahayaan, busana, dan lain sebagainya. Saya menambahkan unsur audio dan musik sebagai aspek yang penting, karena jika dilihat berdasarkan pernyataan Bordwell & Thompson perihal "menempatkan ke dalam adegan," maka unsur suara juga termasuk ke dalam aspek yang ditempatkan ke dalam pengadeganan. Kebanyakan dari karya-karya film maupun pertunjukan drama juga tetap menghadirkan suara, bunyi, dan musik untuk membangun tangga dramatik. Saya berpendapat bahwa sutradara harus memperhitungkan hasil akhir dari suatu karya yang sifatnya audio-visual. Maka dari itu, suara baik yang dihasilkan dari pita suara aktor ataupun suara hewan, serta bunyi-bunyian yang dihasilkan dari gesekan antarbenda, juga musik yang diciptakan oleh musisi tertentu, juga dapat menjadi penentu mood suatu karyacontohnya dalam film dan teater.

Dalam bidang pertunjukan drama sendiri yang jika dilihat dari perspektif pekerja teater, maka dapat dikatakan bahwa empat aspek mise en scne tersebut ialah:

1)Pemanggungan

Dalam hal ini berkenaan dengan keseluruhan permainan di atas panggung yang mencakup permainan aktor, pola lantai, set panggung, jenis panggung, komposisi panggung, bahkan pewarnaan panggung. Untuk menyelaraskan hal-hal tersebut, seorang sutradara wajib menentukan aliran dan pendekatan apa yang akan digarap. Apakah ia akan menggunakan aliran realisme, surealisme, atau bahkan absurdisme. Apakah dari aliran yang ia pilih itu, ia akan menggunakan pendekatan naturalis, atau pendekatan yang lain. Sebab, aliran dan pendekatan yang dipilih oleh sutradara akan menjadi penentu segala yang tampak dan dihadirkan di atas panggung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun