2)Pencahayaan
Pencahayaan biasanya di-monitoring oleh Penata Cahaya atau kadang kala bisa juga disebut sebagai Lighting Designer. Seorang penata cahaya harus memahami apa perbedaan antara pencahayaan dan penerangan. Serta, mengerti teknis pengelolaan bayangan (shadow atau flashback) yang muncul, baik pada wajah dan tubuh aktor, mau pun pada setting panggung. Pada elemen pencahayaan ini juga perlu direncanakan konsep pewarnaan. Sebab cahaya akan menampilkan warna. Warna-warna itulah yang akan menjadi petunjuk atau tanda bagi latar waktu dan suasana. Berdasarkan tujuan itu pula, warna pencahayaan dalam pertunjukan dapat membangun mood pementasan. Selain itu, penitikan posisi lampu dan cahaya harus disesuaikan dengan permainan aktor. Hal ini berkaitan dengan pola lantai. Seorang penata cahaya juga harus memahami di adegan mana aktor berdiri di depan, di kiri, kanan, dan titik-titik lain. Dalam hal ini, penata cahaya harus bekerja sama dengan aktor. Apalagi kalau aktornya lebih dari satu.
3)Kepenataan suara dan bunyi
Dalam poin ini, tangga dramatik secara keseluruhan juga dapat dimainkan oleh musik atau suara dan bunyi yang dihadirkanselain permainan aktor. Ia juga membangun mood dan style bagi pertunjukan itu sendiri. Ia menjadi elemen yang paling dekat dengan pemanggunganterutama permainan aktordan pencahayaan yang berkenaan dengan titik masuknya cahaya. Aspek ini juga berkenaan dengan jenis pertunjukan yang dimainkan. Jika yang dimainkan ialah teater musikal, maka elemen ini dapat menjadi elemen yang paling menonjol.
4)Make Up & Costume
Tidak serta-merta riasan digunakan hanya untuk mempercantik wajah. Saya selalu mengamini pernyataan bahwa riasan adalah ilusi. Ia bisa membentuk karakter baru melalui goresan warna yang diciptakan oleh berbagai macam alat make up. Warna-warna itu bisa dihasilkan dari body painting, eyeshadow, blush on, shading, contour, lip make up, bahkan penggambaran alis dan penggunaan maskara. Pemilihan warna juga tidak sembarangan, warna-warna yang akan dihadirkan pada wajah aktor harus disesuaikan dengan konsep pewarnaan yang digagas oleh sutradara. Begitu juga dengan kostum. Dan lebih detailnya lagi, warna-warna yang dikonsepkan oleh penata rias & busana haruslah selaras dengan warna dalam pencahayaan panggung yang dikonsepkan oleh penata cahaya (lighting designer).
Berdasarkan tujuan, fungsi, dan cara kerja keempat elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa masing-masing kru harus saling bekerja sama. Setiap orang dalam garapan harus menyelaraskan konsep-konsep mereka agar sesuai dengan konsep utama yang dipegang oleh sutradara. Dan semua itu direncanakan dengan pertimbangan yang maksimal.
3.Sutradara sebagai Pemecah Masalah
Dalam poin ini, sutradarasetidak-tidaknyamemiliki peran penting dalam dua pemecahan masalah:
1)Masalah Internal Garapan
Sutradara berperan sebagai pimpinan tim pengkaryaan. Ia harus memikirkan segala kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dalam proses penggarapan karya, termasuk kinerja para kru. Apakah para kru akan bekerja dengan enjoy jika sutradara mengarahkan dengan keras? Atau, Bagaimana jika ada aktor yang kebingungan pada adegan-adegan tertentu? Seorang sutradara harus berhasil mengarahkan dan menjelaskan sebab-akibat kepada aktornya. "Jika kau melakukan ini, maka output-nya akan begini. Jika kau melakukan itu, maka itu akan bertentangan dengan isi dialogmu." Dan lain sebagainya.