Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Brian dan Jejak Hebat Uang Jajan

2 September 2025   12:00 Diperbarui: 2 September 2025   14:42 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibu menatapnya lama-lama, seolah melihat sesuatu yang tumbuh tanpa suara. “Tentu nak, kalau niatmu baik, Allah bukakan jalan,” ujarnya, menepuk bahu Brian.

Malam itu, Brian belajar menulis rapi. Ia mengeja setiap kata seperti menata batu pijakan di sungai. Di sela-sela, ia mengintip daftar tujuh ikon di dinding, memastikan tak ada satu pun yang tertinggal hari itu. Setelah Isya, ia menutup buku, merapikan pensil, dan mematikan lampu lebih cepat dari biasanya. 

Televisi masih mengundang dari ruang depan. Tapi Brian menoleh ke bulan sabit kecil di daftar; tidur cepat. Ia menarik selimut. Di balik kelopak mata, kapal Si Hebat berlayar di laut yang tenang.

***

Hari-hari berikutnya, kebiasaan-kebiasaan itu menetas seperti telur puyuh: kecil, tapi menghidupi. Brian bangun pagi, subuhnya tidak pernah terlambat. Setelah beribadah, ia berolahraga.

Di sekolah, ia makan bekal dari ibu, kadang bertukar lauk dengan teman lainnya; telur untuk tempe, pepaya untuk jeruk. Ia mengakrabi perpustakaan kelas; huruf-huruf yang dulu seperti pagar kini menjadi undangan piknik baginya.

Yang berubah bukan hanya isi celengan, tapi juga cara ia menatap orang. Saat Pak RT memberi pengumuman di mushola tentang kerja bakti, Brian mengangkat tangan lebih dulu. “Saya mau jaga stand buku, Pak,” suaranya kecil, tapi cukup untuk membuat kepala-kepala menoleh. “Boleh,” jawab Pak RT. “Semangat, ya.”

***

Sabtu yang dijanjikan tiba. Halaman SDN Tanjungmekar penuh orang, riuh tapi hangat. Meja-meja berjejer: sayur segar, buah yang berkilau, poster gizi yang ramah dilihat. 

Brian datang paling awal, membantu memasang spanduk. Dodo yang biasanya paling cepat menghilang saat ada sapu, kali ini ikut membawa karung sampah.

 “Gara-gara kamu, Bri.  Aku kepikiran juga,” gumamnya, setengah malu. Brian tersenyum menepuk pundaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun