Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pada Sebuah Nama Yang Tak Biasa

3 Juni 2025   22:00 Diperbarui: 3 Juni 2025   19:09 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu dan Anak Istimewa (Sumber: freepik)

Telah lahir ia---
dalam senyap doa yang tak sempat lengkap
dan air mata yang gugur
di antara syukur dan gugup

Bukan hujan, bukan pula musim semi,
ia datang seperti petir di langit kemarau:
menggetarkan akar harapan,
meruntuhkan rencana-rencana kecil
yang telah lama dijahit dalam diam

Mereka bilang:
"Maaf, anak Anda berbeda!"
Dan seketika, dunia berubah arah
Tidak ada peta yang bisa dibaca,
hanya jejak-jejak samar di tanah luka
yang harus dijejaki dengan ragu dan tangis

Malam tak lagi sunyi,
sebab sunyi kini bersuara
bernama tanya,
bernama takut,
bernama salah diri sendiri

Aku---yang disebut orang tua---
belajar mencintai bukan dari kebanggaan,
tapi dari kehilangan:
kehilangan ekspektasi,
kehilangan sorak tepuk tangan,
kehilangan kalimat-kalimat sederhana seperti
"Anakmu hebat!"
"Kapan dia bisa membaca?"
"Kenapa dia tidak bicara?"

Ah, lidah-lidah itu
tajam tak bertepi,
mereka menusuk dengan senyum,
menghakimi dengan tanya basa-basi
yang membekas lebih lama dari luka operasi

Tapi waktu---
ia tidak pernah menawarkan pemahaman,
hanya pilihan:
hancur atau bertahan.
Dan aku memilih:
bertahan, walau sambil merangkak,
walau sambil menangis di balik pintu kamar,
walau sambil merelakan
dunia yang pernah kuciptakan
di dalam kepala

Baca juga: Pulang Tanpa Peta

Hingga suatu hari,
aku melihatnya tertawa tanpa alasan,
menari dengan caranya sendiri,
memeluk dunia dalam diam

Dan di situlah,
aku mulai mengerti---
mereka tak datang untuk menyempurnakan,
mereka datang untuk menyadarkan.
Tentang cinta yang tak bersyarat,
tentang sabar yang bukan pilihan,
tentang harapan yang tak harus sempurna,
tentang surga yang tak selalu bising
dengan capaian dan ranking

Kini,
jika kau tanya siapa ia---
aku jawab:
bukan sekadar anakku.
Ia adalah cermin,
yang memantulkan segala ketidaksiapan
dan mengajarkanku menjadi manusia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun