Mohon tunggu...
I Nyoman Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen Kimia Undiksha - Hoby menanam anggur

Jalan jalan dan berkebun

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Putri, Cinta Yang Menyeberangi Jarak

20 September 2025   20:36 Diperbarui: 20 September 2025   22:15 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Satu hal yang selalu ia katakan berulang-ulang: "Aku bahagia punya kamu, papa. Jarak ini hanya membuatku lebih yakin, bahwa cintaku padamu tidak akan pernah pudar."

Cinta mereka seperti sungai. Kadang deras, kadang tenang, tapi selalu mengalir menuju samudra yang sama. Mereka sadar, cinta bukan sekadar bertemu setiap hari. Cinta adalah doa-doa yang saling melindungi, perhatian kecil yang terus mengalir, dan kesediaan untuk tetap merasa dekat meski terpisah.

Suatu malam, Nyoman duduk di bale bambu di halaman rumah. Angin membawa wangi bunga kamboja yang mekar di pekarangan. Ia menatap bulan, bulat dan sempurna.

"Istriku, lihatlah bulan ini dari tempatmu. Kita memandang benda yang sama, pada waktu yang sama. Bukankah itu berarti kita sedang bersama?" gumamnya.

Di kejauhan, Putri  pun menatap bulan dari balkon hotel tempatnya menginap. Seolah hatinya mendengar suara yang sama. Ia tersenyum, lalu berbisik, "Ya, kita bersama. Jarak hanyalah fatamorgana."

Kenangan-kenangan kecil kerap muncul. Seperti saat mereka berjalan berdua di pantai sore itu, tangan saling menggenggam, pasir menjadi saksi. Putri  sempat bercanda, "Papa, kalau kita tua nanti, apakah masih mau jalan-jalan seperti ini?"

Nyoman menjawab tanpa ragu, "Bukan hanya mau. Aku ingin setiap langkah tuaku bersamamu, agar aku tidak pernah merasa sendirian di dunia."

Putri  tersipu, matanya berkaca-kaca. "Kamu selalu tahu cara membuatku jatuh cinta lagi dan lagi."

Kini, ketika mereka terpisah jarak, kenangan itu kembali hidup. Mengingatkannya bahwa cinta sejati tidak pernah menua, justru selalu tumbuh seperti pohon tua yang semakin kokoh akarnya.

Hari keempat perpisahan, Putri  mengirim pesan lebih panjang dari biasanya.

"Papa, aku merindukanmu. Lucu ya, kita tidak bertemu sebentar saja, rasanya seperti kehilangan separuh diri. Tapi aku juga belajar sesuatu. Rindu ternyata membuat cinta semakin terasa. Rindu membuat aku sadar betapa berharganya setiap detik bersama kamu. Semoga waktu cepat berlalu, agar aku bisa pulang dan memelukmu lagi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun