Mohon tunggu...
I Nyoman Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen Kimia Undiksha - Hoby menanam anggur

Jalan jalan dan berkebun

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malam Hening Di Matamu

30 Agustus 2025   20:49 Diperbarui: 30 Agustus 2025   20:49 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pantai-(Sumber : FB-Nabelia Kirana Putri)

"Aku takut," katamu tiba-tiba, suaramu seperti getaran halus yang datang dari jauh. "Takut semua ini hanya sementara. Takut ketika fajar tiba, semua akan berubah."

Aku menoleh padamu, mendekat, membiarkan jarak kita dipangkas oleh keberanian yang lahir dari cinta. "Dengarlah," bisikku, "dunia boleh berubah, ombak boleh surut, bulan boleh redup. Tapi apa yang kurasakan padamu, tak akan pernah tunduk pada waktu."

Tatapanmu mencari-cari wajahku, seakan ingin memastikan apakah kata-kata itu sungguh lahir dari hati. Dan ketika mata kita bertemu, aku tahu, aku sedang berbicara pada rumah jiwaku sendiri.

Kau menunduk, jemarimu bermain dengan pasir. Kau menggambar garis-garis kecil yang segera dihapus ombak. Aku memperhatikanmu dengan diam, dan dalam diam itu, aku belajar bahwa cinta kadang tak butuh kata, hanya butuh keberadaan.

"Malam ini ingin sekali kuhentikan," ucapmu lagi. "Agar kita tetap di sini, selamanya. Agar bulan tidak pernah pergi, ombak tidak pernah lelah, dan aku tidak pernah jauh darimu."

Aku tersenyum. "Kalau malam bisa berhenti, aku hanya ingin satu hal: tatapanmu tidak pernah meninggalkan mataku."

Air matamu hampir jatuh, tapi kau cepat menghapusnya. Dan di sana aku melihat sesuatu yang tak pernah kulihat sebelumnya---kejujuran yang telanjang, rasa takut yang tak tersamarkan, dan cinta yang terlalu dalam untuk diucapkan.

Ombak terus berlari, seakan ingin menertawakan ketakutan kita. Mereka tahu, cinta tidak pernah tunduk pada fajar atau malam. Cinta adalah laut itu sendiri---selalu datang, selalu pergi, tapi selalu kembali.

Aku menggenggam jemarimu. Jemari yang dingin oleh angin malam, namun hangat oleh kehadiranmu. "Jika suatu hari kau meragukan cintaku," kataku lirih, "datanglah ke pantai ini. Lihatlah ombak yang tak pernah berhenti kembali ke pasir. Itulah aku. Selalu kembali padamu, apa pun yang terjadi."

Kau menatapku dengan mata yang basah, mata yang telah menjelma samudra baru di hatiku. Senyummu lahir kembali, lebih indah, lebih jujur. Senyum itu menyalakan api kecil di dadaku, api yang akan tetap menyala bahkan ketika dunia padam.

Malam semakin larut. Bintang berjatuhan di langit, seperti bunga-bunga cahaya yang dilemparkan dewa ke bumi. Ombak semakin riuh, tapi dalam riuh itu aku justru menemukan ketenangan. Karena di sisiku, ada kau, yang diamnya saja sudah bisa membuatku percaya pada abadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun