Mohon tunggu...
I Nyoman Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen Kimia Undiksha - Hoby menanam anggur

Jalan jalan dan berkebun

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Menangkap Emas Dari Langit : Air Hujan , Harapan di Tengah Krisis Air Tawar

15 Agustus 2025   17:43 Diperbarui: 15 Agustus 2025   18:28 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri (diolah dari berbagai sumber ) 

Malaysia menerima rata-rata 2.400 mm hujan per tahun---angka yang membuat banyak negara gurun iri. Namun distribusi hujan yang tidak merata membuat beberapa daerah kering saat yang lain kebanjiran. Konsumsi air domestik di Malaysia tergolong tinggi, 209--228 liter per orang per hari, jauh di atas rekomendasi WHO (165 liter). Bandingkan dengan Singapura yang hanya 143 liter.

Ironisnya, tarif air di Malaysia termasuk yang terendah di dunia. Akibatnya, dorongan untuk berhemat air atau memanfaatkan sumber alternatif seperti air hujan relatif lemah. Pemerintah sebenarnya sudah mengeluarkan panduan RWHS sejak 1999, dipicu oleh kekeringan parah di Lembah Klang. Namun implementasinya masih terbatas, lebih banyak di gedung pemerintah dan rumah besar.

Jenis dan Biaya: Dari Pekarangan hingga Bawah Tanah

Di Malaysia, RWHS hadir dalam tiga tipe utama:

Sistem Pekarangan -- Tangki di halaman belakang, sederhana dan murah, biasanya dari polietilena.

Sistem Halaman Depan -- Mirip sistem pekarangan, tetapi menggunakan tangki beton yang lebih awet.

Sistem Bawah Tanah -- Lebih rapi, tidak mengganggu estetika, tetapi memerlukan pompa dan biaya lebih tinggi.

Biayanya bervariasi, dari RM 20.000 untuk rumah kecil hingga RM 350.000 untuk bangunan besar. Untuk skala komersial, investasi ini lebih masuk akal karena atap yang luas dan tarif air non-domestik yang lebih tinggi membuat periode balik modal lebih cepat.

Kualitas Air dan Tantangan Teknologi

Meski air hujan relatif bersih, ia tidak selalu langsung aman diminum. Beberapa sampel air hujan dari atap di Malaysia menunjukkan tingkat kekeruhan, timbal, dan bakteri koliform yang melebihi batas WHO.
Solusinya adalah teknologi pengolahan sederhana: filtrasi pasir lambat, disinfeksi, membran, atau bahkan ozonisasi. Pilihan metode bergantung pada tujuan penggunaan---untuk siram tanaman, mungkin cukup tanpa pengolahan; untuk air minum, perlu tahapan tambahan.

Satu tantangan lain adalah first flush---air hujan pertama yang membawa debu, kotoran, dan kotoran burung dari atap. Teknologi first flush diverter yang otomatis akan sangat membantu, meski di skala rumah tangga sistem manual lebih murah, asalkan pemilik disiplin mengosongkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun