Manfaatnya cukup banyak. Selain bisa menghemat penggunaan air minum, RWHS membantu mengurangi risiko banjir di kawasan perkotaan dan mengurangi beban pencemaran nutrien ke sungai atau danau. Bahkan, sistem ini memiliki jejak karbon yang lebih rendah dibandingkan sistem penyediaan air konvensional, serta membutuhkan energi lebih sedikit karena tidak memerlukan pemompaan jarak jauh dari sumber ke pengguna.
Yang lebih menarik, RWHS mampu memukul dua masalah sekaligus: mengurangi kelangkaan air dan mengurangi ketergantungan pada pasokan air bersih dari jaringan utama.
Manfaat dari Empat Sisi
Jika dirangkum, manfaat RWHS bisa dibagi dalam empat kategori: ekonomi, lingkungan, teknologi, dan sosial.
- Ekonomi: Studi menunjukkan bahwa penerapan RWHS di rumah tangga dapat menghemat biaya hingga sekitar USD 240 per tahun. Bahkan, semakin tinggi tarif air di suatu wilayah, semakin terasa penghematan yang diberikan.
- Lingkungan: Penelitian di Korea Selatan menemukan bahwa RWHS dapat mengurangi risiko banjir hingga 10%. Beberapa ahli menekankan, RWHS akan lebih efektif bila dilihat bukan hanya sebagai penyedia air, tetapi juga sebagai teknologi pengendalian banjir.
- Teknologi: Dengan mengurangi permintaan air dari jaringan utama, RWHS bisa menunda kebutuhan pembangunan infrastruktur penyimpanan air baru.
- Sosial: RWHS memberi masyarakat sumber air alternatif yang dapat mengurangi risiko kesehatan akibat kekurangan pasokan air bersih.
Air Hujan: Sumber Daya yang Sering Terlupakan
Air hujan kerap kita pandang hanya sebagai "pengganggu" yang membuat jemuran tak kering, atap bocor, atau jalan tergenang. Padahal, di banyak tempat, ia adalah sumber kehidupan. Konsep Rainwater Harvesting System (RWHS) atau sistem pemanenan air hujan bukanlah gagasan baru. Dari atap rumah, air hujan dialirkan ke tangki penyimpanan, disaring seperlunya, lalu digunakan kembali. Sesederhana itu---tetapi dampaknya bisa luar biasa.
Manfaatnya? Banyak. Penghematan air minum, pengurangan risiko banjir di kawasan perkotaan, berkurangnya beban nutrien ke sungai dan danau, hingga jejak karbon yang lebih rendah dibanding sistem penyediaan air konvensional. Dalam skala besar, RWHS bahkan bisa menjadi tameng ganda: mengurangi kelangkaan air sekaligus mengurangi ketergantungan pada pasokan air dari jaringan utama.
Pelajaran dari Dunia
Di banyak negara, RWHS sudah jadi bagian dari kebijakan publik. Jepang memberi subsidi dan pinjaman bunga rendah untuk pemasangan RWHS. Australia memberi potongan harga hingga 500 dolar. Spanyol dan Belgia bahkan mewajibkan bangunan baru dengan luas atap tertentu untuk memasangnya.
Di Korea Selatan, RWHS terbukti mampu mengurangi risiko banjir hingga 10%. Di Inggris, penggunaannya lebih ekonomis jika dipandang bukan hanya sebagai pemasok air, tetapi juga teknologi pengendali banjir. Di Nigeria, RWHS membantu penduduk bertahan di musim kering.
Pelajaran yang muncul: RWHS bukan sekadar perangkat teknis, tetapi instrumen manajemen air yang menyentuh sisi ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Menengok Malaysia: Negeri Hujan, Negeri Tantangan