Beberapa studi bahkan menunjukkan bahwa efek kafein yang diminum 6 jam sebelum tidur masih bisa mengurangi durasi tidur sekitar 1 jam. Efek ini terjadi bukan karena kesempatan tidur berkurang, tetapi karena otak gagal masuk ke fase tidur dalam secara optimal.
Tidur Ringan dan Tidur Dalam: Apa Artinya bagi Tubuh?
Salah satu temuan penting dari studi ini adalah perubahan dalam arsitektur tidur. Kafein meningkatkan durasi dan proporsi tidur ringan (N1) dan menurunkan durasi tidur dalam (N3 dan N4).
Tidur dalam adalah fase tidur yang sangat penting untuk pemulihan fisik, penguatan daya ingat, dan detoksifikasi otak. Kehilangan fase ini secara terus-menerus bisa berkontribusi pada penurunan fungsi otak jangka panjang.
Efek Subjektif: Kadang Kita Tidak Menyadarinya
Menariknya, meskipun gangguan tidur dapat diukur secara objektif dengan EEG (rekaman gelombang otak), persepsi subjektif orang terhadap tidur mereka seringkali tidak selaras.
Beberapa partisipan mengaku tetap merasa tidur nyenyak, padahal data menunjukkan mereka terbangun beberapa kali dan memiliki tidur yang lebih dangkal. Ini berbahaya, karena seseorang bisa merasa "baik-baik saja" meski sebenarnya tidur mereka tidak memadai.
Toleransi dan Konsumsi Rutin
Salah satu pertanyaan yang masih terbuka adalah apakah tubuh bisa menoleransi kafein dalam jangka panjang. Beberapa studi yang melibatkan konsumsi kafein selama lebih dari seminggu menunjukkan penurunan efek gangguan tidur, kemungkinan karena adaptasi otak terhadap kafein. Namun, hal ini belum terbukti konsisten pada manusia.
Selain itu, genetik juga memengaruhi kecepatan metabolisme kafein. Beberapa orang memiliki varian gen CYP1A2 yang membuat mereka memetabolisme kafein lebih lambat, sehingga efeknya bertahan lebih lama dalam tubuh.
Implikasi Praktis dan Rekomendasi