Mohon tunggu...
N. Setia Pertiwi
N. Setia Pertiwi Mohon Tunggu... Seniman - Avonturir

Gelandangan virtual

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kinanti Sriwedari

30 Oktober 2018   19:27 Diperbarui: 30 Oktober 2018   19:36 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beringsut ke selatan, di bawah rampai bugenvil dan alamanda, sepasang kakek nenek berbagi bekal makanan. Mereka menyuapi satu sama lain. Lebih dalam lagi, mereka saling mengisi, saling melengkapi, dan saling menyudahi.

Seorang laki-laki dari arah utara melambai dan menuju ke arah kami. Menggendong anak perempuan berusia satu tahun. Mereka, semestaku, kini dan nanti.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam." Aku dan Firman menjawab bersamaan.

"Sudah rapatnya?"

Aku mengangguk, mencium punggung tangannya, khidmat. Aku merasakan gelagat Firman yang mulai tidak nyaman.  

"Kakakmu?" Tanya Firman, dengan nada cemas.

"Ini Fauzan, suamiku. Tadi aku sudah bilang, kan? Dia akan kemari."

Suamiku menyalami Firman yang gelagapan dengan senyuman hambar. Wajah Firman rusuh. Aku menangkap rentetan pertanyaan yang ingin dia sampaikan.

Alih-alih mengindahkan, aku mengucapkan salam--yang sepertinya, akan menjadi perpisahan.

"Ummi, ummi," rengek anak perempuan cantik yang sedari tadi minta diperhatikan. Aku mengambil alih gendongan, dan kami pergi, bergegas ke stasiun, mengejar kereta menuju Bandung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun