Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Gadis Barista (Bagian 4 - 5)

28 Desember 2023   12:05 Diperbarui: 28 Desember 2023   12:07 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Ya, untuk apa aku ikuti apa kata orang lain kalau akhirnya hatiku sendiri lah yang merasa tidak nyaman. Ah.. Sering kali aku merasa lelah menjadi orang dewasa. Rupanya sangat rumit menjadi orang dewasa yang dipenuhi dengan bermacam konflik batin. Apalagi kalau sudah menyangkut masalah cinta, soal hati. Sudah seharusnya aku bisa menjaga hati orang lain selain hatiku sendiri. Jika hatiku tidak ingin terlukai, seharusnya aku bisa menjaga hati orang lain agar jangan sampai terlukai olehku.

Namun nyatanya, kenyataan tidaklah sesederhana itu. Manusia kerap kali saling menyakiti hati satu sama lain. Dalihnya, keadaanlah yang membuat mereka harus saling menyakiti. Ya, lagi-lagi hanya keadaan yang bisa disalahkan.

Hari ini aku libur, aku berencana pergi ke salon langgananku untuk memotong rambut hitam ku yang sudah terlalu panjang. Aku sudah bosan jika harus terus menguncir rambutku ketika bekerja. Bekas kuncirannya sangat merusak rambutku. Jadi terlihat tidak bagus lagi kalau dibiarkan terurai.

Biasanya kalau aku mendapat jadwal libur di hari Senin hingga Jumat, malam harinya Henry menyambangi rumahku. Hal itu hampir menjadi kebiasaan baginya. Henry juga pernah beberapa kali membawaku mengunjungi rumahnya. Waktu itu ketika aku mendapat giliran libur di hari Sabtu atau Minggu. Tapi, sangat jarang sekali dalam satu bulan aku bisa mendapat libur di hari Sabtu atau Minggu. Maklum saja, pada kedua hari itu biasanya kedai jauh lebih ramai dari hari-hari lainnya.

Henry telah mengenalkan aku dengan Mamanya. Di depanku, dia mengenalkan aku sebagai teman dekatnya. Namun entah di belakangku dia telah berbicara apa saja tentang diriku kepada Mamanya. Tampak dari gelagat Mamanya yang senyam-senyum mencurigakan sambil melirik wajah Henry ketika aku sedang mencium tangan Mamanya, kala kami berkenalan saat itu.

Kalau boleh jujur, dengan semua kebiasaan yang telah ku jalani selama ini bersama Henry, rasanya ada yang kurang jika Henry tidak ada. Rasanya aneh jika satu hari kami tidak bertukar kabar. Aku sadar, aku menyayangi dirinya. Tapi sampai detik ini aku belum tahu, aku menyayanginya sebagai teman dekat atau lebih dari itu. Sangat sulit bagiku untuk mendefinisikan artinya mencintai seseorang. Aku masih kurang paham akan hal itu.

Hari ini kami telah bertukar kabar, Henry mengatakan padaku bahwa kemungkinan dia akan lembur hari ini. Hmm.. Itu berarti malam ini dia tidak akan punya waktu untuk datang ke rumahku. Baiklah, tidak apa-apa. Walau aku merasa kecarian, tapi.. aku tidak perlu merasa kecewa karena dia bukan kekasihku, dia bukan milikku.

Aku sedang berjalan santai sekarang, menyusuri aspal jalanan dipayungi pohon-pohon rindang yang menghadirkan suasana teduh. Aku melewati sepanjang jalan ini untuk pergi ke salon langgananku di kompleks yang terletak di seberang kompleks rumahku. Aku memilih jam ini dimana matahari sudah hampir meredup. Pukul empat sore.

"Permisi.. Mba Lina.." aku mengucap salam seraya mendorong pintu salon ke arah dalam dan memunculkan kepala ke arah dalam salon.

"Iya.. Amel ya?"

"Iya Mba.."

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun