Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Gadis Barista (Bagian 4 - 5)

28 Desember 2023   12:05 Diperbarui: 28 Desember 2023   12:07 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Henry memang tidak pernah menanyakan hal itu padaku, namun Henry mencari tahunya lewat salah satu teman terdekat mereka. Yang paling mengetahui tentang hubungannya dengan Mba Lidya saat mereka masih bersama-sama dulu. Menurut informasi yang Henry dapat melalui temannya itu, ayah Mba Lidya telah cukup lama meninggal dunia sehingga Mba Lidya memutuskan hubungannya dengan lelaki yang dijodohkan dengannya.

Baru ketika itulah Mba Lidya merasa dirinya telah bebas, dapat melakukan apapun yang dia inginkan, tanpa ada yang dapat menghalanginya lagi. Namun sejak Mba Lidya memutuskan hubungannya dengan lelaki itu, sampai detik ini juga Mba Lidya belum bisa membuka hatinya lagi untuk orang baru.

Dan menurut yang dikatakan oleh teman Henry juga, bahwa sikap menutup diri Mba Lidya bukan disebabkan oleh kegagalannya dengan lelaki itu, melainkan karena penyesalannya yang begitu mendalam karena telah mencampakkan Henry dari hidupnya.

Selama ini, Mba Lidya juga sudah tahu dengan pasti bahwa aku dan Henry sangat dekat. Mungkin, dia juga telah mendengar sayup-sayup kabar yang berhembus dari para personil kedai bahwa Henry telah menyatakan cintanya padaku. Namun sepertinya, Mba Lidya berpura-pura tidak tahu dan tidak mendengar apa-apa. Mba Lidya tetap mengincar dan kerap berusaha membujuk Henry agar kembali padanya. Dia telah menyatakan rasa sesalnya yang teramat sangat kepada Henry.

Dari mana aku tahu bahwa Mba Lidya masih gencar mendekati Henry hingga hari ini?! Tentu aku mengetahui semuanya dari Henry. Tanpa ku minta dirinya untuk berbicara, Henry selalu menceritakan segala yang dialaminya kepada ku, dengan penuh kejujuran. Aku tahu, sikap Henry yang seperti itu adalah bagian dari usahanya untuk meyakinkanku agar aku mau menjadi kekasihnya. Mungkin dia berpikir aku akan selalu menilai dirinya sebagai lelaki yang jujur pada pasangannya.

Ah.. Entahlah.. Sekarang jalan pikiranku telah jauh berbeda. Aku benar-benar tidak sepolos dan sebodoh dulu lagi. Mungkin waktu dan keadaan yang telah merubah cara berpikirku. Sungguh, sebetulnya aku sangat risih mendengar cerita-cerita Henry tentang Mba Lidya yang masih selalu mengiriminya pesan setiap hari. Meski Henry tidak menanggapinya, sikap Mba Lidya yang seperti itu akan sangat menjadi masalah jika kami telah benar-benar berpacaran.

Di sisi lain, jika aku tetap menerima Henry sebagai kekasih, rasanya aku telah berbuat begitu jahat pada Mba Lidya. Sedangkan sebagai atasanku di kedai, aku begitu menghormati dan juga menghargai dirinya. Terkadang aku berusaha memposisikan diriku sebagai Mba Lidya, seperti apa rasa pedihnya hidup yang dijalani dengan penuh penyesalan.

Diam-diam aku telah merencanakan sesuatu, dalam waktu dekat ini aku akan menjawab pertanyaan Henry yang belum terjawab oleh ku selama ini. Secepatnya di minggu-minggu ini pasti aku akan memberikan jawaban padanya. Apakah aku mau menerima ajakannya untuk meresmikan hubungan kami sebagai kekasih. Saat hari itu tiba, semua akan menjadi jelas bagi Henry, dia tidak perlu merasa bahwa aku masih menggantung sebuah jawaban untuknya.

Berkali-kali Henry mengatakan padaku bahwa kini dirinya tidak lagi menaruh hati pada Mba Lidya. Henry mengaku telah sangat lama membuang perasaanya untuk Mba Lidya. Dia telah melupakan Mba Lidya sepenuhnya. Karena untuk mengingat segala yang pernah terjadi diantara mereka, itu akan sangat menyakitkan bagi Henry. Bagi Henry sudah tidak ada satu kenangan manis pun yang dapat diingatnya kembali.

Sejak Mama, papa dan teman-temanku mengetahui perasaan Henry padaku, mereka semua selalu berada di pihak Henry. Semua orang itu sangat mendukung agar hubungan kami diresmikan. Seolah semua orang selalu menyalahkan sikapku yang sampai kini masih belum mau menerima kehadiran Henry dalam hidupku lebih dari sekedar teman dekat.

Apa aku perlu menjelaskan kepada mereka semua, satu per satu, tentang konflik dalam hati dan pikiranku saat ini? Aku rasa itu tidak perlu. Harusnya mereka semua cukup berdiam diri saja menjadi penonton setia kami. Aku tidak perlu saran atau masukan dari siapapun kalau pada akhirnya aku tidak bisa melakukan sesuatu seperti saran atau masukan yang diberikan oleh mereka. Kadang aku lebih memilih untuk menutup telingaku rapat-rapat dari pendapat orang lain yang tidak sesuai dengan kata hatiku.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun