Mohon tunggu...
Noer Ashari
Noer Ashari Mohon Tunggu... Operator Madrasah Tsanawiyah

Operator Madrasah : - Operator data EMIS/GTK (Education Management Information System) - Operator E-RKAM BOS Kemenag - Operator Kartu Jakarta Pintar (KJP) Plus - Teknisi ANBK dari Tahun 2017 s.d sekarang (dulu masih UNBK namanya) Mencoba untuk menuangkan keresahannya melalui artikel di Kompasiana, tapi lebih banyak tema yang diluar dari konteks pekerjaan. More info: asharinoer9@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Lebih Pintar dari Atasan? Begini Cara Agar Tidak Dianggap Ancaman

22 Februari 2025   10:57 Diperbarui: 23 Februari 2025   08:25 1315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dunia kerja, ada satu fenomena yang sering terjadi tapi jarang dibahas secara terbuka, yaitu karyawan yang lebih pintar dari atasan justru dianggap sebagai ancaman. Lucu, kan? 

Seharusnya, perusahaan senang kalau ada karyawan cerdas yang bisa membawa ide-ide segar. Tapi kenyataannya, tidak semua atasan bisa menerima itu dengan lapang dada.  

Biasanya, masalah ini muncul karena perbedaan generasi dan pola pikir. Misalnya, seorang manajer generasi X atau awal milenial yang sudah puluhan tahun bekerja di perusahaan cenderung punya cara kerja yang sudah "patent."

Mereka merasa cara mereka selama ini sudah terbukti berhasil. Lalu, datanglah karyawan generasi Z atau milenial muda yang lebih kreatif, lebih cepat beradaptasi dengan teknologi, dan punya ide-ide baru yang lebih fresh. 

Hasilnya bisa dua kemungkinan: diterima dengan tangan terbuka atau dianggap sebagai gangguan. Banyak atasan yang sudah lama bekerja di satu tempat punya mentalitas "Saya sudah lebih lama di sini, jadi saya pasti lebih tahu." 

Mereka ingin tetap dihormati sebagai pemimpin dan bisa merasa insecure kalau ada bawahan yang tiba-tiba bersinar dengan ide-ide brilian. 

Rasa takut kehilangan kendali atau bahkan digeser dari posisinya bisa membuat mereka menolak inovasi tanpa alasan yang jelas.  

Selain itu, ada juga faktor komunikasi. Kadang, karyawan yang lebih pintar kurang memahami cara menyampaikan ide dengan strategi yang tepat. Mereka terlalu to the point atau tanpa sadar menunjukkan sikap yang terkesan "Saya lebih tahu dari Anda." 

Nah, di sinilah konflik mulai muncul. Atasan bisa merasa direndahkan atau tidak dihargai, padahal niat karyawan sebenarnya hanya ingin membantu.  

Jadi, kalau kamu merasa lebih pintar atau punya ide yang lebih modern dari atasanmu, bukan berarti kamu harus diam atau menyembunyikan potensimu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun