Mohon tunggu...
Ni Nyoman Putri Hanna
Ni Nyoman Putri Hanna Mohon Tunggu... Konsultan (konsultasi kesulitan) -

Bapak Bali, Ibu Batak, Besar di Tanah Melayu (Dumai-Riau). Sain Fisika, Teknologi Pendidikan, Konsultan CM. Hidup itu seperti Nano-Nano.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Dibalik Wafatnya Mbah Sairi (Catatan kecil dari Saya)

11 Februari 2016   16:06 Diperbarui: 11 Februari 2016   16:18 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa anak menunggu di rumah sakit. Lewat subuh ada anak Mbah yang pulang ke rumahnya, sampai di rumah tertidur dan pulas. Tiba-tiba pagi itu cucu Mbah mendengar pengumuman dari mesjid. Si cucu menyimak “Innalilahi wainnailahi rojiun, telah berpulang ke rahmatullah Bapak Sairi Bin Kohar Umur 87 tahun alamat duka air gading dan bla..bla…. Tak ayal, si cucu membangunkan sang Ayah, “Yah. Mbah meninggal! Karena terkejut, si ayah marah “ku tabok ko nanti, yang benar2 ngomong” Itu Yah, pengumuman mesjid. Nama Mbah kan Sairi Bin Kohar?? Si ayah langsung bangun dan segera menyusul keluar. (Anak tahu orang tuanya meninggal karena pengumuman mesjid).

Si Ayuk lain cerita, pagi itu dia dipanggil tetangga dan sang tetangga mengakatakan, “yuk, siapkan kain”. Si Ayuk menjawab, “untuk apo, tadi lah kubawakan dirumah sakit”. Dijawab tetangga lagi, “untuk Mbah, Mbah sudah meninggal”. Terkejut, si Ayuk menjawab lagi, “aih, Yuk benar2 yuk, aku baru telepon mas, tak apo-apo.” Si tetangga merasa tidak enak, mengatakan, “Maaf Yuk, itu pesan tadi dari rumah sakit, daripada salah coba telepon lagi Mas” Lalu sesegera saat itu Si Ayuk menelepon Mas yang ada di rumah sakit dan jawaban dari si Mas membenarkannya. (Anak tahu orang tuanya meninggal dari tetangga yang menyuruh menyiapkan kain).

 

Pelajaran:

Itulah hal yang menarik dan nyaris lucu. Kematian itu tiada seorangpun yang kapan waktunya. Saat ini kita mungkin masih bisa bertemu, bertegur sapa, tertawa, cerita, menangis dan banyak hal yang masih bisa kita lakukan, tetapi kita tidak tahu bahwa maut/kematian itu setipis benang ada di depan kita. Kita harus menyiapkan diri kita untuk kembali kepadanya. Siap tidak siap kematian itu akan datang. Sedangkan orang yang ditinggalkan hanya tinggal berdoa, memperbaiki diri, mendekat diri kepada Sang Pencipta selama waktu masih ada. Stop menangis, stop berduka karena memang semuanya ada waktunya.

Penulis mendapat cerita pada saat melayat di rumah duka. Penulis juga menyampaikan turut sepenanggungan bersama keluarga besar yang ditinggalkan kiranya penghiburan yang dari Yang Kuasa menjadi bagian keluarga, kuat, tabah dan sabar. Amin

 

Salam ala Hanna

Baturaja, 11-02-2016

Tetangga baru yang empat bulan ini bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun