"Bu! Bu Guru!" teriak Qeyla panik dari kantin, "Arunika kesakitan, Bu!"
"Arunika, kamu kenapa, Nak?" Wali kelas mereka segera berlari menghampiri.
"Perut saya sakit banget, Bu..." jawab Arunika dengan suara lemah.
"Ayo, kita bawa ke rumah sakit. Aku khawatir terjadi sesuatu," ujar Bu Guru cepat.
Qeyla membantu menopang tubuh Arunika yang lemas. Di rumah sakit, dokter memeriksa Arunika dengan serius. Aku datang tergopoh-gopoh setelah dihubungi oleh guru. Aku melihat wajah puteri kecilku cemas, matanya tampak merah.
"Bagaimana kondisi anak saya, Dok?" tanyaku sambil menggenggam tangan Arunika.
"Dia mengalami gangguan lambung akut. Sepertinya karena konsumsi makanan yang terlalu pedas dan bersantan secara berlebihan," jelas dokter dengan nada serius.
Aku menunduk. Air mata menetes diam-diam. Aku menatap wajah Arunika yang pucat di ranjang rumah sakit.
"Maafkan ibu, Nak.... Ibu hanya ingin kamu sehat. Ibu sering melarang kamu terlalu sering makan nasi padang karena takut pencernaanmu tidak akan kuat. Dan sekarang kecemasan ibu terbukti," ucapku lirih sambil membelai rambut Arunika.
Saat Arunika membuka mata dan melihatku di sisi tempat tidur, ia berbisik pelan, "Bu... aku... menyesal..."
Aku mengusap keningnya dengan lembut. "Ibu tahu, Nak. Yang penting sekarang kamu sembuh dulu, ya."